Dulu,
banyak mimpi yang ingin kugapai, menulisnya hingga
bersaf-saf panjang, membacanya setiap kali mata ini letih menunggu.
...
Aku ingin menyebrangi gerbang Institut Terbaik di Bandung itu
dengan gelar sebagai ‘penghuninya’.
Aku ingin seperti penulis favoritku, menjadi pengkarya
perusahaan telekomunikasi yang masyhur di negeri ini.
Aku ingin jadi juragan rumah makan yang cabangnya
terentang-rentang jauh, mendatangkan aliran uang amat banyak yang akan
kugunakan membangun mimpiku yang lain : Sekolah dengan kurikulumku sendiri.
...
Meski kini,
Nyatanya aku,
Diploma dua tak bergelar yang jika kusebut nama tempatku
belajar, setiap orang akan bertanya dua kali “Maaf, apa tadi nama kampusnya? Itu
dimana ya?”
Pekerjaanku, adalah hal yang dulu tak sama sekali terdaftar
dalam mimpiku.
Allah Maha Lembut, Ia tahu segala mimpiku, ia
menggenggamnya dan kemudian menyimpannya dengan sangat rapi,
Lalu,
Ia menghidangkannya, membuatku takjub dan kemudian
tersadar...
Dihadapanku kini, bentuk-bentukku dalam mimpi berbaris
manis, mereka tersenyum, mendengarkanku dengan seksama.
Syukurilah jika mimpi-mimpimu tertangguh sekian lama, mungkin, jika
Allah membayarnya terlampau cepat, kau tak akan menjadi kini, lebih baik dari
apa citamu dulu...
Porsi besar mimpi-mimpiku itu, terbayar sudah.
Kau tahu dengan apa? AL-QURAN ^^
Saat mimpimu hiruk pikuk dalam fikiranmu,
Tuliskan saja,
Bergerak saja,
Meski gerakmu bertolak arah dari mimpimu,
Bergerak saja,
Biarlah menjauh,
Hingga ia mulai hilang,
Hingga kau merasa nyaris putus asa,
Bergerak saja,
Hingga sepertinya kau lupakan mimpi itu,
Teruslah bergerak,
Seperti ibunda kita Hajar,
Bergeraklah,
Meski hanya berputar-putar ditempat yang sama,
Meski hanya berpuatar-putar ditempat tanpa hasrat,
Bergerak saja,
Hingga mimpimu semakin pekat dan tak bisa kau lihat apapun,
Bergerak saja,
Kelak saat jenih, hatimulah yang menemukan cahaya,
Pekatnya mimpi, bukan berarti Ia lupa,
Karena Allah selalu melihat
usahamu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar