Pages

Minggu, 29 September 2013

Mensyukuri yang Tertangguh




Dulu,
banyak mimpi yang ingin kugapai, menulisnya hingga bersaf-saf panjang, membacanya setiap kali mata ini letih menunggu.

...

Aku ingin menyebrangi gerbang Institut Terbaik di Bandung itu dengan gelar sebagai ‘penghuninya’.

Aku ingin seperti penulis favoritku, menjadi pengkarya perusahaan telekomunikasi yang masyhur di negeri ini.

Aku ingin jadi juragan rumah makan yang cabangnya terentang-rentang jauh, mendatangkan aliran uang amat banyak yang akan kugunakan membangun mimpiku yang lain : Sekolah dengan kurikulumku sendiri.

...

Meski kini,
Nyatanya aku,

Diploma dua tak bergelar yang jika kusebut nama tempatku belajar, setiap orang akan bertanya dua kali “Maaf, apa tadi nama kampusnya? Itu dimana ya?”

Pekerjaanku, adalah hal yang dulu tak sama sekali terdaftar dalam mimpiku.

Allah Maha Lembut, Ia tahu segala mimpiku, ia menggenggamnya dan kemudian menyimpannya dengan sangat rapi,

Lalu,
Ia menghidangkannya, membuatku takjub dan kemudian tersadar...

Dihadapanku kini, bentuk-bentukku dalam mimpi berbaris manis, mereka tersenyum, mendengarkanku dengan seksama.

...

Syukurilah jika mimpi-mimpimu tertangguh sekian lama, mungkin, jika Allah membayarnya terlampau cepat, kau tak akan menjadi kini, lebih baik dari apa citamu dulu...



Porsi besar mimpi-mimpiku itu, terbayar sudah.
Kau tahu dengan apa? AL-QURAN ^^  


Saat mimpimu hiruk pikuk dalam fikiranmu,

Tuliskan saja,

Bergerak saja,

Meski gerakmu bertolak arah dari mimpimu,

Bergerak saja,

Biarlah menjauh,

Hingga ia mulai hilang,

Hingga kau merasa nyaris putus asa,

Bergerak saja,

Hingga sepertinya kau lupakan mimpi itu,

Teruslah bergerak,

Seperti ibunda kita Hajar,

Bergeraklah,

Meski hanya berputar-putar ditempat yang sama,

Meski hanya berpuatar-putar ditempat tanpa hasrat,

Bergerak saja,

Hingga mimpimu semakin pekat dan tak bisa kau lihat apapun,

Bergerak saja,

Kelak saat jenih, hatimulah yang menemukan cahaya,

Pekatnya mimpi, bukan berarti Ia lupa,

Karena  Allah selalu melihat usahamu...

Selasa, 24 September 2013

Ukuran


Tahukah, betapa aku takut saat kau hadir tepat di hadapanku.
Fisikmu, finansialmu, keluargamu, bahkan agamamu terlampau baik untukku, meski berkali kau samarkan keshalihan itu...

Ukuran kita tak sama memang, kau yang hidup dalam lingkungan ‘kebebasan’ tentu memiliki ukurannya sendiri , mungkin kau tak menyadarinya, tapi nilaiku adalah : Kau orang yang shalih, jauh melebihiku.

Maka mengenalmu adalah berarti pukulan keras bertubi-tubi bagiku.

Utamanya fisik, finansial dan keluargamu, itulah ketakutanku, aku tak ingin niatku bengkok karenanya, aku tak ingin menukar keberkahan dengan kemaha murahannya dunia, meski ia begitu memikat, aku gugup,tak kumiliki sikap terbaik menghadapinya kecuali dengan menangis,menyungkur berlama-lama, memohon agar Sang Pemilik Segala mengokohkanku yang fakir.

Maha Benar Allah, ia tak pernah sedikitpun melebihi ukuran kesanggupanku.

Aku tahu, sepenuh sadarku, bahwa bukan kau yang tak pantas, melainkan aku. Terimakasih telah membuatku banyak belajar...


Minggu, 22 September 2013

Cinta...



Cinta...kupinta ia, selalu, semoga hanya karenaNya...

...

Ia terkejut, betapa sakitnya ternyata tak menyisakan banyak ruang bagi usia, hanya tersisa 60 hari detak kehidupannya...

Ah, betapa waktu kian membuatnya ringkih, perempat hidupnya hilang bersama tangis panjang, dan keputusannya bulat : "Pergilah, jangan pernah dekatiku lagi.", kasar sekali ia membentak lelaki itu, ya, lelaki yang dalam hitungan minggu seharusnya menjadi suaminya.

Lelaki itu pergi, memendam rasa yang iapun tak tahu...Berulang, ia mengadu dalam penghambaannya, logikanya nyalang, tapi cinta yang ia miliki menggerus lembut kata akalnya, ia bangkit, mendatangi wanitanya yang jerih di pembaringan menanti separuh usianya. 

"Menikahlah denganku." pinta lelaki itu bersambut tangis rindu yang takut, wanita itu tak tega, menjadi kebahagiaan sesaat sebelum kesedihan yang panjang datang, tapi ia terlanjur mencintai lelaki itu.

Dalam kehidupan baru keduanya, lelaki lembut itu amat mengasihi isterinya, tak ada sedikitpun kesedihan dalam raut wajah keduanya, mereka bahagia.

Hingga...

Nafasnya berat, ia bahkan bisa menghitungnya, di depannya, sang suami yang setia menemani, memberikannya senyum terbaik, tak ada kata, hanya terdengar hela nafas wanita itu, dan kemudian ruh itu pergi...

...

Akhir potongan flm itu, sang lelaki menangis sambil memeluk erat jasad isterinya.

"Jika anda lihat lelaki seperti ini, anda bahkan akan menjadikan harta, pangkat, rumah, mobil dan lainnya menjadi sangat murahan harganya."  _ Mario Teguh, Golden Ways_

MaasyaAllaah...

Kamis, 19 September 2013

Gairah



Pernahkah?
Suatu waktu, saat kemenangan itu nyata sekali, kau bahkan tak bergairah menyapanya.

Saat itu, yang kau inginkan hanya satu : Allah.

Meski dengan bangga, namamu menggema,
Meski tepuk tangan riuh bergemuruh,
Meski kilat-kilat lensa berebut menyilaukan mata,
Meski jabat tangan tak henti terayuh,

Yang lirih dari bibirmu hanyalah "Aku malu!"
Dan saat itu bening pun mengkaca pandanganmu.
Duhai masa, cepatlah berlalu...
Yang ku ingin kini, hanyalah terbenam,
MerayuNya dalam sujud panjang.


Senin, 16 September 2013

Rindu




Ada banyak gelombang yang meriak rasa,
ada samudera tanpa batas pandangan mata,
ada jernih yang menuntas dahaga,
kemudian ...
Ada biru yang mengait putih bercahaya,
ada banyak warna yang melukis dirinya sendiri di angkasa,
ada lingkar hari yang meredup jingga,
kemudian ...
Ada pekat menggemintang atapnya,
ada rembulan yang terkalah indahnya,  
ada goresan meteor yang perkasa,
Di bumi...
ada miyar jiwa yang rana rindunya.


Hanya sebatas kata yang tak secuil pun sastra menghiasnya, terlalu banyak rasa tak terkata saat sosok itu tergambar dalam benak setiap jiwa yang merindunya, hingga tangis deras mengguncang dada, hingga akal tercerabut dalam raga, mereka rana dalam rindunya.

Tak kan pernah kau temukan lagi...

Rosulullaah ...
Bahkan ribuan tahun kepergianmu tak sedikitpun membuat para perindumu bosan.
Seperti katamu, kami kan bersama yang kami cintai di akhirat kelak, maka kami mencintaimu, selalu...

Allaahumma shalli 'alaa muhammad, wa 'alaa ahlih wa ashaabih...

Menyeperti Yusuf


Subhaanallaah...

Hari ini, kutemui sosok seperti Yusuf _‘alaihissalaam...
Seorang pemuda yang insyaAllaah mendapat satu tiket naungan dihari tanpa naungan selain naunganNya.

Jika dulu hanya satu imroatul’aziiz, dizamannya kini ada banyak sekali.

...

Pekerjaannya sebagai penggiat tambang adalah pekerjaan yang sulit karena waktu untuk perusahaan jauh lebih banyak ketimbang waktu pribadinya, “Pekerjaan paling tidak manusiawi.”, candanya.

Sering kali ia berpindah dari satu pulau ke pulau lain, bahkan dari satu samudera ke samudera yang lain untuk menyelesaikan tanggung jawab pekerjaannya.

Di tengah tekanan pekerjaan dan minimnya interaksi keluarga, beberapa perusahaan dengan terang-terangan membuka kesempatan bermaksiat dengan menyelundupkan wanita-wanita pezina sebagai hiburan gratis para karyawannya! Na’udzubillaah...

Dan hari ini, sesosok pemuda membuatku terkagum. Dalam kondisi pekerjaannya itu, ialah mungkin satu-satunya yang kelelahan sekaligus jijik melihat rekan-rekannya yang berlaku binatang.

“Seandainya dunia bisa kucampakkan zahirnya, tentu kucampakkan ia.”, lirihnya, “Aku ingin membulatkan tekadku untuk menjaga diri dengan menikah, merasai ketentraman yang Allah janjikan padanya.”

Ah, betapa suksesnya ia membuatku babakbelur.
Setiap kalimat yang terucap begitu lantang, sedikit terdengar ‘garang’ bagiku yang selama ini berada di tempat yang ‘nyaman’ untuk imanku.

...

Ah, darimu, kutahu kini, bahwa mungkin, justru imankulah yang jauh tertinggal darimu.
Jazaakallaah...



عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : " سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ : إِمَامٌ عَادِلٌ، وَشَابٌ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ تَعَالَى، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرِجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ "


Dari Abi Hurairah radhiyaAllaahu'anhu dari Nabi Sallallaahu'alaihi wa sallam berkata :
"Tujuh golongan yang dinaungi Allah di hari yang tiada naungan selain naunganNya :

1. Pemimpin yang adil
2. Pemuda yang hidupnya selalu beribadah kepada Allah ta'ala
3. Pemuda yang hatinya terikat pada masjid
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul dan berpisah karenaNya
5. Laki-laki yang diajak (berbuat zina) oleh wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan kemudian      
    berkata : "Sesungguhnya aku takut kepada Allah"
6. Pemuda yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang 
   diinfakkan tangan kanannya.
7. Pemuda yang menangis saat mengingat Allah dalam kesendiriannya 

Minggu, 15 September 2013

Sepi



Ada sunyi...
Saat itu pula,
Khauf mensejajari raja'.

Saat keributan bukan milikku,
Ada syukur mengharu biru.

Meski hijab masa depan terlalu pekat,
dan kadang mengerikan,
Aku tahu, Ia menjagaku, selalu...



 

Selasa, 10 September 2013

جند الله


بسم الله الرحمن الرحيم

ابني صالح, جند الله في الأرض

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

.أشكر الله على نعم عظيمة, و على حضرك في حياتي

يا بني, هل عرفت لماذا سمّيتك باسم ’عمر’ ؟

لأنّني أريد شخصيتك كما شخصية عمر ابن الخطاب


,الذي أقصّ لك كلّ الليل

,هو حبيب الرسول صلى الله عليه و سلّم, حافظ القران

خليفة عادل قوي في الحقّ, تواضع و يخش الله

يا بني, اجتهد في حفظ القران و أدعوك  في كلّ ليالى


السلام عليكم و رحمة الله و بركاته



Tugas  Al-Imarat, surat ga resmi....Yang mau koreksi, dengan senang hati ^^

Perempuan Itu ...




Perempuan itu, seneng banget kalo dibilang cantik, hanya sedikit dari mahkluk halus ini yang ‘cuek bebek’ kalo denger kata ‘cantik’ menimpa dirinya.

Makanya, perempuan itu, seneng banget dandan, mulai dari ujung jari sampe ujung rambut pasti perhatian, ga beda antara yang punya banyak kain sama yang kurang banyak kainnya, mereka mirip soal yang satu ini. Lagi, hanya sedikit dari mahkluk halus ini yang ‘cuek bebek’ soal tampilan zahir mereka.

Intinya, perempuan itu, seneng banget jadi pusat perhatian yang ‘baik’.

Hayo ngaku ?!

Nah, dari ‘kebutuhan’ perempuan sendiri  inilah akhirnya banyak yang kesengsem pengen ikut aneka kontes, biar ‘kebutuhan’nya tersalurkan dan dapat timbal balik berupa :
1.       Dibilang cantik
2.       Dibilang pinter
3.       Dibilang berprestasi
4.       De el el yang merupakan pandangan manusia.

Ditambah lagi, kontes-kontesnya banyak yang mensponsori bahkan sampe tayang ke luar negeri, waaah, asiiiik jadi pusat perhatian!

Gituuu, tuuuh perempuan, ga semuanya sih, contohnya aku yang ga minat ikut-ikutan, selain karena pasti tereliminasi ditahap awal seleksi, aku punya cara pandang lain tentang ‘kebutuhan’ ini.

Aku sesekali nonton kontesnya, sesekali mengunggulkan salahsatu dari mereka, sesekali berdecak kagum dengan detil-detil beauty, brain, behavior mereka, dan sesekali juga ‘iri’.

Satu point penting lagi, beberapa perempuan seneng banget bikin perempuan lain ‘iri’, jadi ga heran lagi kan, kenapa kalo arisan atau pengajian, ibu-ibu maksimal sekali berdandan.

Hey, kau perempuan! Seperti itu jugakah kau? Aku? Karena ini tulisanku, maka inilah juga rasaku sebagai perempuan, tak menyangkal, aku butuh pujian, aku butuh perhatian dan terkadang merasai kepuasan saat kawanku merengek “iiih, bajunya lucuuu, beli dimana?”

Mungkin itu fitrah kita, sista.

Dan pada banyak ‘kebutuhan’ kita, Allah telah memberi jalan terbaik meraihnya.

Berdandanlah secantik yang kau mau, pakailah pakain terbaik yang membuat segala indahmu kian terpancar, sempurnakan penampilanmu dengan parfum terwangi yang kau punya, di depan suamimu, ya, hanya dihadapannya, dan beri tahu ia agar tak malu memujimu.

Dan lagi, jika kau sepertiku yang belum menemukan lelaki bernama suami, sedikit yang ku tahu, saat ‘kebutuhan’ itu kian menumpuk dan kesempatan memenuhinya terbuka lebar dengan sponsor bergengsi dan manusia yang berlomba meraihnya, tanyakan satu hal, “Ridha kah Allah?” dan saat itu pula nurani kita menjawabnya lantang “TIDAK, meski separuh manusia di bumi ini membenarkan, bukan ini yang Allah ingin darimu!” dan kita kembali bertanya, menuntut bahkan “Bilakah jalan Allah itu cepat datang?”.

Pasti ada saat kita seperti itu. Tak mudah memang, mempertahankan iman di saat segala fasilitas duniawi terhidang demi mengiris sedikit iman kita.

*Itu iman, iman yang gelisah.

Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan aneka ujian sampai-sampai berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’” (Q.s Al-Baqarah [2] : 214).

Dan saat hal itu terjadi, kita hanya perlu memejamkan mata, meyakinkan keberatan hati kita dengan berkata “Jika ini perintah Ilahi, Dia tidak akan pernah menya-nyiakan iman dan amal kita.”, kemudian kembali melangkah di jalan yang diridhaiNya.

Iman adalah mata yang terbuka,
Mendahului datangnya cahaya
Tapi jika terlalu silau, pejamkan saja
Dan rasakan hangatnya keajaiban


*inspiring book  : Dalam Dekapan Ukhuwah, gurunda Salim A. Fillah 

Minggu, 08 September 2013