Pages

Sabtu, 05 Oktober 2013

Galaunya si Aku



Di SMA, sahabat-sahabatku selalu bilang,
“Kayaknya, Lilih deh yang bakal nikah duluan.”
Pasalnya, aku ini hobi banget cerita, sampe menggebu-gebu, lebih-lebih kalo cerita soal pernikahan, maklum, si aku emang doyan banget baca buku-bukunya ustadz Salim A. Fillah sejak pake seragam putih abu.

“Aku pengen nikah sebelum usiaku kepalanya dua.”,
 “Aku pengen jadi asabiqunal awwalun kalo nikah nanti.”
Heboh, tanpa diminta, dengan senang hati, aku cerita sendiri, sahabat-sahabatku di DKM senyum-senyum.

Maka, sekitar tujuh tahun yang lalu, benih-benih pengen nikah yang kutanam dan kupupuk dengan aneka bacaan plus seminar-seminar pendukungnya kini kokoh menjulang dan rimbun, menghasilkan buahnya yang ranum : makin pengen nikah, hihihi.

Sampai kemudian, perdananya piala bergilir akibat pernikahan kader-kader DKM SMA bukan milikku, tapi milik sahabatku yang luarbiasa pendiam, yang cuma senyum-senyum kalo aku lagi menggebu.
Misi gagal.

Satu-satu, tahun-tahun berikutnya paila itu bergilir, melenggang dihadapanku tanpa mau kusentuh.

Maka, sekitar tujuh tahun yang lalu, benih-benih nikah yang kutanam dan kupupuk dengan menjadi penonton aneka walimah plus foto-foto pra pre wedding sahabat-sahabatku, kini kokoh menjulang dan rimbun, menghasilkan buahnya yang ranum : pengeeen.
Pengen kayak mereka yang punya walimah,
Pengen ngaplod foto romantis-romantisan kayak mereka, tapi aku tahu banget, ITU GAK BOLEH !

Sampai kemudian, usiaku ogah-ogahan naik ke angka perempat abad.

Satu-satu lelaki datang dalam hidupku, tak sampai bulan prosesnya selesai.
Kini lebih dari jumlah jari tanganmu, jumlah lelaki yang datang padaku.

Si aku banyak maunya siiih...

"Aku ingin ikhwan yang jenggotnya tipis, ga berkumis, aktifis.",
"Aku ingin ikhwan yang jago nulis, puitis, kayak penulis pavoritku.",
"Aku ingin ikhwan yang suaranya bagus, jago nasyid.",
"Yang suka nggambar, suka baca, suka rihlah kayak aku.",
"Yang suaranya bagus, bukan buat nasyid tapi buat tilawah",
"Yang suka nangis..."

Begitulah, seiring berubahnya musim tahun-tahun, ekspektasiku tentang calon suami juga berubah-ubah, meski tak kehilangan sebuah intinya : yang shalih. jiaaah...

Nah gituuu tuh, yang bikin galau bukan tujuh tahunnya, tapi maunya si aku, ingin yang shalih padahal dirinya sendiri belum baik. Bebenah aja dulu, soal ekspektasi, biar Allah yang me-nyata-kan dengan kehendakNya yang pastiii TERBAIK.

Setuju!



06-10-13, jam satu lewat sembilan detik.
Rabb... hilangkan gelisah, lelah, dan 
prasangka yang tak  layak untukMu.
Kami ridha  ya Rabb...      


Tidak ada komentar: