Pages

Kamis, 18 April 2013

Saat Kita Kembali

Apa yang dirasakan saat banyak orang mencurahkan segala masalahnya dan kemudian meminta nasihat kita?
Apa rasanya jika kita berada dalam lingkungan orang-orang sholeh, kemudian dipanggil dengan sebutan 'aneh' macam 'ustadz', 'penghafal Al-Quran', bahkan ada yang terang-terangan menyebut kita juga sebagai 'orang sholeh'?

Jika bukan karena Allah yang menutup aib kita, tentu tak ada yang mau menjadi teman kita, tak satupun -Aa Gym

Aaah...Kita terlalu sering lalai kawan, alih-alih mencari lingkungan yang kondusif, ternyata saat lingkungan itu telah kita rambah, lalai kita bertambah! Merasa aman, kata Ustdz Anis Matta. Kita merasa aman dari pandangan Allah karena kita berada di lingkungan kondusif, merasa aman dari intaian Izrai karena kita adalah bagian dari lingkungan kondusif, merasa aman dari gunjingan manusia karena kita hidup dalam lingkungan yang nyaris takberfitnah. Mungkin itulah fitnah kawan, na’udzubillaah...

Jauh jauh hari saat waktu diputar ke masa seribu empat ratusan tahun yang lalu...

Tahannuts merubah segala, saat sang qudwah tiada dua Muhammad shalallaahu 'alaihi wa sallam melakukannya, disanalah pula pelantikan sebagai Rosul Allah disemat, saat perjuangannya terlalu penat, ia terbangun di hening yang membawanya kembali pada semangat tanpa letih meski terluka.. Bagai menenggak racun di siang hari, maka jika malam tak kuisi dengan qiyamullail sebagai panawar, maka aku kan mati esoknya, kata sahabatku Lis.

Ah, betapa tebalnya wajah lagi kerasnya kepala kita, bahkan disaat qiyamullail yang berharga itu, kita lebih sering menjadikannya sebagai aktifitas rutin tanpa ruh. Ups, bukan kita, aku. Maka tangis harap dan takut itu menjarang, tak pernah bahkan.

Jika kita tak pernah menyadarinya, maka saat Allah menghempas kita pada masa yang sama sekali bukan yang kita harap, kita, terlebih aku, sering besungut-sungut, mengeluh, menyalahkan, menangis tanpa tujuan, karena terlalu batunya belulang pengisi kepala dan terlalu tebalnya debu yang membalut hati.

Maka kemudian Allah mengingatkan kita kembali dengan caraNya, dan tangis itu kembali pecah ditiap-tiap qiyam kita, kesadaran itu kembali hadir, bahwa kita bukanlah seperti apa yang mereka sebutkan, bukan seorang ustadz, bukan penghafal Al-Quran, bukan orang sholeh, kita hanyalah hamba yang tertitip banyaknya nikmat yang kemudian dengan tak tahu malu mengaku-aku nikmat itu.

Begitulah Allah menggeser rel kita kembali pada jalurnya yang benar, sering kali dengan cara yang benar-benar tak kita mau, tapi dengannya kita kembali..."Apapun kebaikan yang kamu peroleh maka itu dari Allah, dan apapun keburukan yang menimpamu maka itu dari dirimu sendiri. Dan Kami telah mengutusmu (Muhammad) sebgai rasul. Dan cukuplah Allah sebagai saksi." - QS. Annisaa : 79

Maha Benar Allah yang tak pernah sedikitpun dzalim....bahkan disaat tersulit kita, ia memberi nikmat lain yang meyegar kembali ruh, tanpa batas antara kita denganNya, munajat...

Saat sesuatu yang kita sebut 'keburukan' datang, Allah sedang ingin merengkuh kita kembali -Teh Linda 

Tidak ada komentar: