Pages

Senin, 18 Februari 2013

Lembah Keberkahan Part 2



Hmm...syaikhnya ganteng! meski benar-benar telah syaikh (sepuh) gurat ganteng masa mudanya masih terlihat di usianya yang ke-56. Pertama datang ke Jakarta, Ustadz Yusuf Mansur memintanya mengisi di Istiqlal, tapi beliau orang yang tawadhu, tak mengingin kesemarakan dan hanya ingin daurah kali itu tepat sasaran. Kami beruntung, tak sekedar ilmu baru yang kami dapat, pun juga contoh akhlak yang terang.

Daurah yang memuat metode pembelajaran Al-Quran untuk anak usia 4 tahun itu gemilang di Eropa, anak-anak dalam video pendek itu tartil sekali, mereka peka dengan hukum tajwid yang sedang dibaca, dan mereka hafal dalil tajwid dari tuhfatul athfal, maasyaaAllaah....Anak-anak itu berebut jawab saat sang guru melontar pertanyaan-pertanyaan sulit, mereka hafal makna detil-detil kata dan ayat yang memuat kata kata itu, aku hanya tertegun...

Beruntung, benar benar beruntung dan seru saat sesi pertanyaan mulai bergulir, pertanyaanku dengan bahasa Arab seadanya berbuah jawab yang memuaskan, pun juga saat praktek cara baca, kelompok akhwat yang berbatas tabir, sering kali kurang ngeh saat diabsen, maka akulah yang lantang-lantang mengeja. Meski tak seratus persen daya tangkapku, aku benar-benar terkesan, ruh yang Syaikh Abdur Rahman Bakr menyihirku untuk mengerti meski tidak dari penjelasannya, bahwa keberhasilan dalam mendidik anak-anak adalah soal bagaimana kita meng-islah (memperbaiki) diri kita sendiri pada mulanya, bahwa mendidik jundi-jundi kecil itu butuh sabar yang tak boleh meloloskan emosi, biarlah mereka bermain dan mulut kita tak henti melantun, karena secara ajaib, lantunan itu akan segera mereka hafal.

Dua minggu sudah daurah berjalan, rabu itu pengumuman ujian menyentak-nyentak jantungku, aku belum hafal sebait pun tuhfatul athfal, aaaaah....maka sepenuh niat kukumpulkan, gumpal-gumpal minat kurangkai, kubuat ia menyenangkan, dan kugarap segala jenis sunnah yang kutahu, kemudian di pertiga terakhir, sahur khas santri kulahap habis, dan kamis pun datang...

Subuh kamis itu heran, seorang ustadzah dari Yaman yang juga mengikuti daurah datang ke pondok kami dan mengeluhkan ujian lisan yang terlampau cepat, tanpa persiapan matang, manamungkin dapat memberi jawaban dengan cepat?. Maka kalian akan tahu reaksiku, aku gugup, seorang 'araobiyah seperti beliau saja gentar, manalah lagi aku??? Robbanaaa, nyaris saja shaumku gugur karena gugup ini, jika saja tak kuingat baris-baris surat ia yang kuidolakan, Umar bin Khattab kepada Sa'ad bin Abi Waqash :

أما بعد: فإني آمرك ومن معك من الأجناد بتقوى الله على كل حال، فإن تقوى الله أفضل العُدة على العدو، وأقوى المكيدة في الحرب، وآمرك ومن معك أن تكونوا أشد احتراساً من المعاصي منكم من عدوكم، فإن ذنوب الناس أخوف عليهم من عدوهم، وإنما ينصر المسلمون بمعصية عدوهم لله، ولولا ذاك لم تكن لنا بهم قوة، لأن عددنا ليس كعددهم، ولا عدتنا كعدتهم، فإن استوينا في المعصية كان لهم الفضل علينا في القوة، وإلا ننصر عليهم بفضلنا لم نغلبهم بقوتنا، فاعلموا أن عليكم في سيركم حفظة من الله يعلمون ما تفعلون، فاستحيوا منهم، ولا تعملوا بمعاصي الله وأنتم في سبيل الله، ولا تقولوا: إن عدونا شر منا فلن يُسلط علينا، فرب قوم سُلط عليهم شر منهم، واسألوا الله العون على أنفسكم كما تسألونه النصر على عدوكم 

'Amma ba'du, sesungguhnya aku memerintahkan kepadamu dan pasukanmu untuk bertakwa kepada Allah dalam segala hal, sesungguhnya takwa kepada Allah adalah persiapan terbaik dalam menghadapi musuh, dan merupakan strategi yang paling sempurna. Dan aku memerintahkan kepada orang-orang yang bersamamu untuk sangat berhati-hati terhadap maksiat, sesungguhnya dosa-dosa manusia diantara kalian lebih aku takuti dibanding musuh-musuh kalian. Sesungguhnya kemenangan muslimin terjadi akibat maksiat musuh terhadap Allah, jika saja tidak demikian, tidak mungkin bagi kita menandingi kekuatan mereka, karena jumlah kita tidak seperti jumlah mereka (yang lebih banyak), dan kekuatan kita tidak seperti kekuatan mereka. Jiika kita sama dengan mereka dalam kemaksiatan, maka mereka telah telah unggul kekuatannya dari kita, jika kita tidak bisa mengalahkan mereka dengan 'keutamaan' kita, maka kita tidak bisa mengalahkan mereka dengan kekuatan kita. Ketahuilah, sesungguhnya tiap tiap kalian kalian memiliki pengawasan dari Allah yang mengetahui apa yang tidak kalian ketahui, malulah terhadap mereka, janganlah mendekati maksiat sedangkan kalian berada di jalan Allah dan janganlah kalian katakan : "Sesungguhnya musuh kita lebih buruk dari kita sehingga tidak mungkin mereka menang atas kita meskipun kita berbuat keburukan." Karena, berapa banyak kaum-kaum yang dikalahkan oleh orang-orang yang lebih buruk dari mereka. Mintalah pertolongan kepada Allah bagi diri kalian sebagaimana kalian meminta kemenangan dari musuh-musuh kalian.

Maka hari itu shaumku berlanjut, dan pukul enam pagi, semua telah berkumpul, bersiap untuk ujian lisan. Tiba-tiba sebuah pengumuman menggemparkan peserta "Santri mukim Wadi Mubarak akan diundur jadwal ujiannya, ujian sekarang diperuntukkan bagi mereka yang datang dari luar", semua bersorak kecuali aku, Nabila, dan seorang teman kami dari Solo, semua santri menyalami kami dan berkata senang "Baarakallaah" "Sukses ya"....

Bersambung...

Tidak ada komentar: