Ia laki-laki yang seringkali ku'acuhi'
Meski tampaknya cinta miliknya kian lama kian kurasa
Ia laki-laki yang seringkali membuat kesalku tersulut
Meski kulihat rasa sayang miliknya sekuat tenaga ia tunjukkan
Ia laki-laki yang terkadang ku'benci'
Meski dari sorot matanya kutahu ia menyesal
Aku acuh, karena ia laki-laki amat pendiam
Aku kesal, karena baris kata-katanya terkadang menyembilu
Aku benci, karena tiada maaf darinya meski telah menyakiti hatiku
Robbiii...
Kini, saat kudengar ia sakit di sana,
Baru ku tahu, akulah penjahatnya
Benar, ia laki-laki yang tak menyelesaikan pendidikannya
Maka, bukankah seharusnya aku yang berbesar hati?
Benar, ia laki-laki amat sunyi
Tapi, bukankah pernah kulihat lembar-lembar lusuh prestasiku semasa kecil yang ia simpan baik-baik?
Bukankah, ia dibelakangku pernah tak sengaja kudengar membanggakanku?
Bukankah, aku pun tahu. Saat tangannya menggengam erat calon imamku, degup jantungnya, deru nafasnya, seolah dari isak tangisnya ia berbisik "jaga anak perempuanku ini."
Rabbiii...
Sembuhkan ia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar