Begitulah kawan, penjelasan guru geografiku di SMP Negeri 30 Bandung yang tentu saja kubumbui kata-kata aneh dari penaku. Hingga saat ini, nyaris sepuluh tahun berlalu dan kata-kata dari guruku itu masih hangat terbincang di benakku, Freeport... betapa aku kagum pada lembut birokrasi yang tak habis mengeksploitasi, bahkan hingga datang kabar tentang sesuatu yang menjadi taqdir pemilik kewarganegaraan ini : mati.
Ah, aku hanya seorang awam yang berimajinasi tentang 'gunung emas' itu... Saat seorang menyodorkan sebongkah kecil yang berkilauan dan berkata : "Ini batuan Freeport yang diambil seorang kerabatku yang bekerja di sana, bukan main sulitnya untuk bisa membawa batu ini keluar, pemeriksaan berlapis!!!". Dan aku seperti seorang materialis yang melotot, terbengong dengan mulut berformasi 'o'. Sebongkah batu penuh bercak yang mengkilap-kilap, dan saat kuraih, berat yang tak sebanding dengan ukurannya membuatku semakin bengong : berat bangeeet.
Dan imajinasi itu mulai terbangun...
Bongkahan itu hanya bagian terkecil dari apa yang disebut guruku sebagai 'gunung emas', si kecil yang mempesona itu adalah serakan dari sesuatu yang lebih besar, jauh lebih besar dan tentusaja jauh teramat mempesona, menawan dan pasti menawarkan harta bernominal besar yang belum bisa kuimajinasikan besarannya, sampai...
"Keluarga korban terowongan Freeport akan diberi tunjangan Rp. 1M."
Begitulah tagline kabar yang kubaca. Ah, padahal di halaman lain kabar itu...
"Warga korban eksekusi normalisasi waduk akan diberi 25 juta rupiah."
Dan aku bertanya-tanya, mungkinkah negeriku lebih miskin dari si pengeksploitasi itu?
MUSTAHIL !!!
Negeriku tak pernah sedikitpun miskin, jika kau tak percaya, simaklah kata-kata sahabatku yang pernah menelisik si pengeksploitasi dalam sebuah seminar : "Setengah paruh gunung itu, cukup untuk membayar utang negara dan mensejahterakan rakyat.". Dan imajinasiku menuntut data, maka saat keyboard selesai mencatat kata F-R-E-E-P-O-R-T di Google gambar, berderet-deret foto sumur yang berlapis-lapis. Seperti lingkar labirin raksasa, melingkar semakin kecil, dalam dan gelap, dan aku terhenyak, mungkinkah ini gunung emas itu ?
Dan kini, dilingkarnya yang terdalam , manusia-manusia berwarganegara mudzlim -si tereksploitasi- meringkuk, teretak belulang, menahan nyeri yang perih, bahkan tak sedikit dari mereka yang melolos nyawa, tertunai sudah tugas Izrail.
Tunjangan yang tak seberapa besar labamu sehari, cukupkah membalut luka?
Bukan hanya luka mereka yang berkait erat denganmu, tapi juga luka anak bangsaku yang akan tertoreh semakin dalam setiap kali kabar tentangmu datang, luka bangsaku dibelahan timur dulu, saat kau bodohi mereka dengan mitos-mitos yang kau langgar sendiri, yang terusir dari tanah pijakan yang seharusnya mensejahterakan. Nanti...saat luka tergenerasi, saat anak cucu bangsa ini bertanya tentangmu, jawabannya kan kian terang
" Dan jika dikatakan kepada mereka 'janganlah berbuat kerusakan di bumi', mereka menjawab 'sesungguhnya kami adalah orang-orang yang membuat perbaikan'. Ingatlah, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar." QS. Al-Baqarah : 11 -12
" Dan jika dikatakan kepada mereka 'janganlah berbuat kerusakan di bumi', mereka menjawab 'sesungguhnya kami adalah orang-orang yang membuat perbaikan'. Ingatlah, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar." QS. Al-Baqarah : 11 -12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar