Pages

Jumat, 07 Februari 2014

Kebutuhan


Disaat aku merasa semakin buruk, ada saja orang yang yang menganggap kita shalih. Bagaimana menurutmu? haruskah aku senang? atau haruskah aku semakin malu?

Semua yang kujalani adalah murni karena aku butuh.

Menjadi anggota Rohis SMA dan menjabat menteri perempuan disana.
Nyantri kilat dimana-mana.
Jadi santri tahfidz.
Belajar bahasa arab.
Memburu setiap kajian.

Semua murni karena aku butuh. Bukan karena aku shalih.

Jika kau tau kegiatanku, mungkin di kepalamu akan ada tanda tanya besar: "Beneran Lilih teh santri?"

Ya, begitulah kesadaranku bahwa aku adalah manusia paling lalai membuatku ingin 'membayar'nya dengan upaya-upaya yang membuat Allah senang, karena aku sangat membutuhkanNya, lebih dari apapun, meski nyatanya upaya-upaya itu hanya berharga debu.

Jadi?
Aku pesimis akan diriku sendiri, tapi aku yakin Allah yang Maha Rahim melihat usahaku.

Apa kau sepertiku, kawan?
Ah, pastinya tidak. Di mataku, akulah yang terburuk meski dua rangkai doa setia mengiring prasangkaku itu : "Jadikan aku, Rabb, lebih baik dari apa yang manusia prasangkakan, dan dalam pandanganMu sebagai sebaik-baik manusia."

Jadi? apa maksud tulisan ini? berkeluh kesahkah? unjuk kelemahan kah?
Aku pernah katakan padamu, kawan, bahwa aku menulis agar ia menjadi pelembut disaat hatiku sekeras batu, saat setiap nasehat hanya menjadi pantulan suara yang 'numpang lewat' di gendang telingaku, saat aku malas 'merayu'Nya yang terlampau jauh kutinggalkan, yang terlalu sering kuduakan.

Dan satu harap yang membuatku berkesan serakah, tak tahu malu karena terlampau banyak meminta : agar sedikit yang kutulis membuat usiaku semakin panjang meski raga telah menyatu tanah, aku ingin jadi jalan kebaikan bagi siapapun, bagimu yang tak jemu membaca huruf-huruf yang berserak ini, bagimu yang kuyakin selalu lebih baik dariku. Maukah kau menjadi pewaris sekecil kebaikan yang ada padaku?
  

Tidak ada komentar: