Pages

Selasa, 30 Juli 2013

Inilah (Jalanan) Indonesia


Matahari selalu bersemangat sekali mengalirkan butir-butir besar keringat, ia berkolaborasi dengan cawan raksasa bernama laut yang meniupkan nafasnya yang panas, jalan-jalan sesak, berbagai jenis kendaraan tumpah ruah dan bising. Bagi mereka yang menanti kendaraan umum favorit busway, bersiaplah untuk berdaki-daki, berbedak-bedak debu, berpegal-pegal, dan tentusaja berdesakan. Itu baru terminalnya kawan, saat kakimu meloncat masuk pintu gerbangnya yang 'canggih' berbagai aroma menguar, mengusik saraf-saraf hidung yang sedari tadi sibuk mengolah gumpal-gumpal kecil kehitaman yang kau tahu disebut apa, dan jika kau sepertiku, berpostur tinggi diantara yang jauuuh lebih tinggi, bersiaplah untuk terjepit sepanjang perjalananmu, ALHAMDULILLAAH... suasana kritis itu tak diperparah asap rokok menyebalkan.

Begitulah, di Indonesia, seburuk apapun kondisinya, orang-orangnya yang ramah tak pernah kehilangan senyum termanisnya.

Dalam kondisi jalanan ibu kotanya yang tentu saja menjadi citra negara, orang-orang di sini sering mendapat kejutan yang menyenangkan.

Saat penat dan lelah meradang seusai menjemput rizki ataupun ilmu, di dalam bus yang minim oksigen tiba-tiba terasa sejuk karena setiap kali pak supir menginjak pedal gas, mulutnya bergumam pelan : bismillaah... Ah, jikapun izrail menyapa, ada alasan untuk bisa husnul khatimah di sini : sedang bersama orang shalih, insyaAllaah.

Dan saat kepala hingga punggung kita merunduk melewati pintu angkutan kota yang sepi penumpang, tak ada sedikitpun keluh dari sang nahkoda. Satu kalimat yang setia mengiringi setiap kata dalam ceritanya yang juga menyejukkan : alhamdulillaah, masih bisa mencukupi untuk setoran, alhamdulillaah masih bisa memberi makan anak dan istri, alhamdulillaah... alhamdulillaah...

Lalu saat mobil milik bersama itu berhenti, menurunkan penumpang yang senang sekali berhaluan 'kiri', saat nominal besar uang yang terangsur mereceh berbarengan langkah kaki, sang nahkoda menjerit : "Neeeng, kembaliannya kurang nih!". Dan kita kembali tersenyum... MaasyaAllaah...

Lagi, saat kita berjalan kaki di tengah hiruk pikuk kendaraan tanpa kejelasan jalur menyebrang, senyum kita lagi-lagi mengembang sempurna, manis sekali, tersenyum sambil terangguk-angguk pada pengendara baik hati yang selain memperlambat laju, ia juga melambai-lambaikan tangan, meng-kode kendaraan belakang agar juga melambat, dan kita melenggang tanpa beban. Subhanallaah...Senang ya, jadi orang Indonesia ^_^.

Selalu ada celah besar untuk tersenyum dalam genting yang luarbiasa jika kita mau menghargai setitik sinyal kebaikan.

Dan dengarlah kawan, dengarkan dengan tenang agar kamu mendapat rahmat #Hafidz Indonesia RCTI :

"Inna ma'a al-'usri yusron, fa inna ma'a al-'usri yusron"

Al-'usri yang berarti kesulitan, ia terangkai bersama alif lam yang menandakan keKHUSUSan, mungkin seperti the dalam bahasa Inggris. Maka Al-'usri dengan mudah kita fahami adalah : KESULITAN ITU (1)

Yusron tak berangkai bersama alif lam, maka ia berarti keUMUMan yang dengan mudah kita fahami : KEMUDAHAN YANG BANYAAAK

Dan lihatlah, Allah Yang Maha Menepati Janji mengulangnya dua kali : SUNGGUH, BERSAMA SATU KESULITAN ITU ADA BANYAAAK SEKALI KEMUDAHAN.

Maka kulihat negeri ini, banyak sekali penduduknya yang mungkin tak mengerti secara mendalam tentang ayat ini, tapi mereka telah mengamalkan dari sedikit yang telah diketahui itu: husnudzhan pada setiap kejadian yang pasti telah tertulis di lauh al-mahfudz, bahwa tak sedikitpun Allah zalim terhadap hambanya, bahwa kesulitan, pasti sesuai kadar mampu.

Dan aku semakin 'bangga' dengan negeri ini : Sahabatku yang pergi-pulang selalu bersama kemacetan, ia menyelesaikan hafalan 30 juz nya di dalam bis!

MaasyaAllaah...

Inilah Indonesia, ada bayak sekali kemilau indah ternyata... Maukah kau, kawan, bersamaku menjadi bagian kemilau itu? ^_^

Tidak ada komentar: