Melihat derai air mata para lelaki, hingga terguncang bahunya, hingga terisak suaranya...
Apa yang ada dalam benakmu?
Bagiku, mereka hebat.
Disekitarku, lelaki-lelaki itu ada.
Saat mitsaq yang ghalidz terucap, ia menangis...
Tanda tugasnya telah tunai, tergantikan lelaki muda yang kini menjadi imam bagi puteri tercinta.
Bapak,
betapa rasa sayangmu terluap saat itu,
mengkilaskan tiap-tiap sejarah,
ketika apa yang kami ingin, menjadi hadiah kejutan di tanganmu,
ketika dalam tiap akhir do'a panjangmu, usapan lembut membasuh wajah kami yang lelap,
ketika prestasi kami yang tak seberapa membuahkan senyum kebanggaan yang sunyi,
ketika perjalananmu mengharuskan kita terpisah, bergetar tanganmu mengalirkan pinta,
Allah, lindungi mereka...
Bapak,
karenamu, Allah hadirkan dua lelaki lain dalam hidupku.
Ia yang lembutnya sempat samar kulihat,
yang terlampau rendah hati, hingga tak kami tahu keras perjalannya,
yang gigih menjadi teladan bagi kami, adik-adiknya yang manja,
yang bermata kaca saat 'si yang paling manja' terbaring sakit,
kemudian berpura-pura tegar, dengan menggoda si sakit yang tak henti mengeluh,
"Dasar cengeng! Anak-anak Palestin aja lebih kuat darimu!"
Juga,
Ia yang sering kali membuatku tertegun, terkejut bahkan cemburu.
ia yang lebih muda dariku,
yang cita-cita dan iktiarnya menggebu,
yang berubah semakin shalih,
yang aktifitas dakwahnya membuatku makin berasa bonsai,
yang meski begitu,
ia tak segan mengajakku berdiskusi bahkan meminta saran.
Dan, 'ayah' bagiku...
Bersambung...