Pages

Rabu, 14 November 2012

Obat Ajaib

Diriwiyatkan, bahwa seorang hakim diutus untuk menjadi duta bagi raja Persia. Suatu hari, Sang Raja marah kepadanya, kemudian menjebloskannya ke sebuah ruangan yang seakan-akan adalah kuburan, gelap...sempit...terbelenggu rantai besi, dan dipakaikan kepadanya baju berbahan wol yang teramat kasar.

Diperintahkan kepada para prajurit agar memberi Sang Hakim makan setiap hari sebatas potongan kecil roti gandum, sedikit garam, dan air. Diperintahkan pula mereka untuk mengamati perkataannya, kemudian dilaporkan pada Sang Raja. Maka, tinggallah Sang Hakim selama berbulan-bulan tanpa berbicara sepatah kata pun.

Setelah sekian lama, Sang Raja teringat kepada Sang Hakim yang terpenjara, kemudian ia berkata kepada para prajuritnya "Utuslah beberapa sahabat Sang Hakim ke penjaranya, perintahkan mereka agar bertanya tentang keadaannya, dengarkan apa yang terjadi diantara mereka, dan kabarkan padaku."

Maka masuklah beberapa sahabat Sang Hakim ke penjaranya, dan berkata "Wahai Hakim, kami melihatmu dalam bencana, terpenjara dalam ruang sempit, rantai dari besi, dan baju wol yang kasar, amat keraslah apa yang menimpamu ini. Tapi bersamaan dengan itu pula, engkau terlihat sangat sehat dan sama sekali tidak lemah, wajahmu pun tak berubah, apakah sebabnya?"

Berkata Sang Hakim, "Aku telah membuat obat yang terdiri dari enam unsur, aku mengambilnya setiap hari, dan itulah yang membuatku tetap seperti ini, seperti yang kalian lihat."

Mereka pun berkata "Ceritakanlah pada kami, sampai jika suatu saat musibah menimpa kami seperti apa yang terjadi padamu, taupun jika musibah menimpah salah seorang saudara kami, kami dapat menjalani dan menyikapinya dengan baik."

Berkata Sang Hakim "Unsur yang pertama adalah Tsiqqah billah-percaya kepada Allah-.
Unsur  kedua  adalah ilmu yang dengannya kita yakin bahwa apa yang telah Allah tetapkan itu pasti teradi. Ketiga adalah sabar atas musibah, dan dia adalah sebaik baik tempat kembali bagi mereka yang tertimpa musibah.
Yang keempat adalah ridha, menerima kententuan dan ketetapan Allah, karena jika aku tidak ridha terhadapnya, apa lagi yang bisa kuperbuat? lalu bagaimana bisa aku menolong diriku sendiri jika aku tidak rida?.
Kelima, bahwa musibah yang terjadi mungkin saja adalah akibat dari kesalahan kita dimasa lalu.
Keenam, meyakinkan diri bahwasanya jalan keluar itu telah datang disetiap saat."

Kemudian sampailah perkataan ini kepada Sang Raja, dan ia memaafkannya...


                                                                     Terjemah amatir :D min kitaab al-silsilah mustawa raabi' madah qira'ah

Rabu, 07 November 2012

Harga Sang Waktu

Adalah keharusan bagi setiap manusia untuk memahami betapa berharganya sang waktu, hingga kemudian tidak tersia sedetikpun dari waktu itu yang akan terguna oleh hal-hal yang menjauhkannya dari Allah, atau bahkan oleh hal-hal yang tidak sama sekali berguna baik bagi agama ataupun juga dunianya...

Terjadi di zaman salafusshalih, bahwasanya mereka selalu dapat menggunakan detik-detik waktu dalam hal yang bermanfaat, dan mereka adalah orang-orang yang teramat kikir untuk menyiakannya.

Berkata Imam Abu Al-wafaa ibn 'Aqiil "Tidaklah halal bagiku untuk menyiakan waktu dari usiaku, sampaipun jika lidahku terhenti dari menghafal atau mendebatkan sesuatu, mataku terlelah dari membaca, dan jasadku terbaring rehat, aku akan tetap menggunakan fikiranku dan tidak sekalipun kuangkat tubuhku kecuali telah terlintas sebuah pemikiran yang akan kutulis.
Sungguh, aku akan mengerahkan segala cara agar waktu makanku semakin pendek. Maka terkadang, kutumbuk biskuit kemudian kukunyah, kemudian minum...Hal ini jauh lebih kusukai ketimbang memakan roti, karena dengannya aku bisa menghemat waktu untuk menelannya!!!"

Abu Al-wafaa, gerak penanya mengkarya kitab dari berbagai bidang ilmu, dari sekian banyak buku hasil tulisannya, yang terkenal adalah kitaab al-funuun, di dalamnya terkandung banyak manfaat bagi ilmu tafsir, fiqh, ushul al-fiqh, ushul ad-diin, nahwu, bahasa, dan sya'ir....Al-haafidz Adz-dzahabi berkata tentangnya, "Belum pernah ada di dunia ini yang menulis karya sebesar bukunya."

Berkata Ibnu Al-jauzi, saat kematian mulai dirasakan Imam Abu Al-wafa, para wanita menangis, kemudian ia berkata "Mempelajari hukum-hukum syar'i, dan menjelaskan hukum Allah kepada manusia telah membuatku sibuk selama lima puluh tahun, maka biarkanlah aku kini, telah dekat waktu pertemuanku dengan Rabbku."

Sungguh banyak manusia zaman sekarang membuang waktu mereka dengan hal-hal yang tidak bermanfaat, baik dari perkataan yang tidak berguna, ghibah, melakukan banyak hal yang diharamkan, hiburan yang dirasa lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya, ataupun juga ketika banyak membaca  majalah dan tabloid yang tidak sedikitpun memberi manfaat atau menambah kefahaman.

Salah satu cara yang dapat membantu manusia dalam memanfaatkan waktunya adalah al-infiraad- menyendiri-, menjauhi sebab-sebab yang melailaikan, dan menyeimbangkan konsumsi makanannya. Makan  terlalu banyak menyebabkan tidur yang berlebihan, dan tertinggalnya keutamaan di waktu malam. Hal-hal tersebut, harus disertai dengan quwwah al-iraadah-kuatnya keinginan- dan juga menejemen waktu agar dapat meninggalkan sesuatu yang penting untuk sesuatu yang jauh lebih penting.

Berkata Ibn Al-wardiy "Telah dikumpulkan kertas-kertas yang berisi tulisan Abu Al-faraj ibn Al-jauziy, dan dihitung seukuran usianya, maka didapatkan bahwa beliau menulis sembilan buah buku setiap harinya!!!"
, disebutkan pula oleh Ibn Al-qummi tentang serutan pinsil milik Ibn Al-jauziy yang ia pakai untuk menulis hadits. Setelah dikumpulkan, hasilnya menjadi sangat banyak, maka diusulkanlah agar serutan tersebut dipakai untuk memanaskan air yang akan dipakai untuk memandikan jasadnya yang telah meninggal. Kemudian dilakukan, hingga airnya menjadi hangat, dan cukup, bahkan serutan yang tersisa masih berlebih!!!

Jelaslah, bahwa apa-apa yang telah dilakukan para 'ulama, tak akan pernah bisa tertandingi, meski saat ini banyak sekali orang-orang bodoh yang menuding bahwa cerita ini hanyalah hayalan belaka, bagaimana mungkin orang-orang bodoh itu melontarkan tuduhan sedangkan mereka belum pernah memanfaatkan waktu sebagaimana para 'ulama memanfaatkannya? lalu bagaimana mungkin pula mereka bisa memahami keutamaan ini?


                                               Terjemah amatir :D min kitaab al-silsilah mustawa raabi' madah qira'ah