Pages

Rabu, 14 November 2012

Obat Ajaib

Diriwiyatkan, bahwa seorang hakim diutus untuk menjadi duta bagi raja Persia. Suatu hari, Sang Raja marah kepadanya, kemudian menjebloskannya ke sebuah ruangan yang seakan-akan adalah kuburan, gelap...sempit...terbelenggu rantai besi, dan dipakaikan kepadanya baju berbahan wol yang teramat kasar.

Diperintahkan kepada para prajurit agar memberi Sang Hakim makan setiap hari sebatas potongan kecil roti gandum, sedikit garam, dan air. Diperintahkan pula mereka untuk mengamati perkataannya, kemudian dilaporkan pada Sang Raja. Maka, tinggallah Sang Hakim selama berbulan-bulan tanpa berbicara sepatah kata pun.

Setelah sekian lama, Sang Raja teringat kepada Sang Hakim yang terpenjara, kemudian ia berkata kepada para prajuritnya "Utuslah beberapa sahabat Sang Hakim ke penjaranya, perintahkan mereka agar bertanya tentang keadaannya, dengarkan apa yang terjadi diantara mereka, dan kabarkan padaku."

Maka masuklah beberapa sahabat Sang Hakim ke penjaranya, dan berkata "Wahai Hakim, kami melihatmu dalam bencana, terpenjara dalam ruang sempit, rantai dari besi, dan baju wol yang kasar, amat keraslah apa yang menimpamu ini. Tapi bersamaan dengan itu pula, engkau terlihat sangat sehat dan sama sekali tidak lemah, wajahmu pun tak berubah, apakah sebabnya?"

Berkata Sang Hakim, "Aku telah membuat obat yang terdiri dari enam unsur, aku mengambilnya setiap hari, dan itulah yang membuatku tetap seperti ini, seperti yang kalian lihat."

Mereka pun berkata "Ceritakanlah pada kami, sampai jika suatu saat musibah menimpa kami seperti apa yang terjadi padamu, taupun jika musibah menimpah salah seorang saudara kami, kami dapat menjalani dan menyikapinya dengan baik."

Berkata Sang Hakim "Unsur yang pertama adalah Tsiqqah billah-percaya kepada Allah-.
Unsur  kedua  adalah ilmu yang dengannya kita yakin bahwa apa yang telah Allah tetapkan itu pasti teradi. Ketiga adalah sabar atas musibah, dan dia adalah sebaik baik tempat kembali bagi mereka yang tertimpa musibah.
Yang keempat adalah ridha, menerima kententuan dan ketetapan Allah, karena jika aku tidak ridha terhadapnya, apa lagi yang bisa kuperbuat? lalu bagaimana bisa aku menolong diriku sendiri jika aku tidak rida?.
Kelima, bahwa musibah yang terjadi mungkin saja adalah akibat dari kesalahan kita dimasa lalu.
Keenam, meyakinkan diri bahwasanya jalan keluar itu telah datang disetiap saat."

Kemudian sampailah perkataan ini kepada Sang Raja, dan ia memaafkannya...


                                                                     Terjemah amatir :D min kitaab al-silsilah mustawa raabi' madah qira'ah

Rabu, 07 November 2012

Harga Sang Waktu

Adalah keharusan bagi setiap manusia untuk memahami betapa berharganya sang waktu, hingga kemudian tidak tersia sedetikpun dari waktu itu yang akan terguna oleh hal-hal yang menjauhkannya dari Allah, atau bahkan oleh hal-hal yang tidak sama sekali berguna baik bagi agama ataupun juga dunianya...

Terjadi di zaman salafusshalih, bahwasanya mereka selalu dapat menggunakan detik-detik waktu dalam hal yang bermanfaat, dan mereka adalah orang-orang yang teramat kikir untuk menyiakannya.

Berkata Imam Abu Al-wafaa ibn 'Aqiil "Tidaklah halal bagiku untuk menyiakan waktu dari usiaku, sampaipun jika lidahku terhenti dari menghafal atau mendebatkan sesuatu, mataku terlelah dari membaca, dan jasadku terbaring rehat, aku akan tetap menggunakan fikiranku dan tidak sekalipun kuangkat tubuhku kecuali telah terlintas sebuah pemikiran yang akan kutulis.
Sungguh, aku akan mengerahkan segala cara agar waktu makanku semakin pendek. Maka terkadang, kutumbuk biskuit kemudian kukunyah, kemudian minum...Hal ini jauh lebih kusukai ketimbang memakan roti, karena dengannya aku bisa menghemat waktu untuk menelannya!!!"

Abu Al-wafaa, gerak penanya mengkarya kitab dari berbagai bidang ilmu, dari sekian banyak buku hasil tulisannya, yang terkenal adalah kitaab al-funuun, di dalamnya terkandung banyak manfaat bagi ilmu tafsir, fiqh, ushul al-fiqh, ushul ad-diin, nahwu, bahasa, dan sya'ir....Al-haafidz Adz-dzahabi berkata tentangnya, "Belum pernah ada di dunia ini yang menulis karya sebesar bukunya."

Berkata Ibnu Al-jauzi, saat kematian mulai dirasakan Imam Abu Al-wafa, para wanita menangis, kemudian ia berkata "Mempelajari hukum-hukum syar'i, dan menjelaskan hukum Allah kepada manusia telah membuatku sibuk selama lima puluh tahun, maka biarkanlah aku kini, telah dekat waktu pertemuanku dengan Rabbku."

Sungguh banyak manusia zaman sekarang membuang waktu mereka dengan hal-hal yang tidak bermanfaat, baik dari perkataan yang tidak berguna, ghibah, melakukan banyak hal yang diharamkan, hiburan yang dirasa lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya, ataupun juga ketika banyak membaca  majalah dan tabloid yang tidak sedikitpun memberi manfaat atau menambah kefahaman.

Salah satu cara yang dapat membantu manusia dalam memanfaatkan waktunya adalah al-infiraad- menyendiri-, menjauhi sebab-sebab yang melailaikan, dan menyeimbangkan konsumsi makanannya. Makan  terlalu banyak menyebabkan tidur yang berlebihan, dan tertinggalnya keutamaan di waktu malam. Hal-hal tersebut, harus disertai dengan quwwah al-iraadah-kuatnya keinginan- dan juga menejemen waktu agar dapat meninggalkan sesuatu yang penting untuk sesuatu yang jauh lebih penting.

Berkata Ibn Al-wardiy "Telah dikumpulkan kertas-kertas yang berisi tulisan Abu Al-faraj ibn Al-jauziy, dan dihitung seukuran usianya, maka didapatkan bahwa beliau menulis sembilan buah buku setiap harinya!!!"
, disebutkan pula oleh Ibn Al-qummi tentang serutan pinsil milik Ibn Al-jauziy yang ia pakai untuk menulis hadits. Setelah dikumpulkan, hasilnya menjadi sangat banyak, maka diusulkanlah agar serutan tersebut dipakai untuk memanaskan air yang akan dipakai untuk memandikan jasadnya yang telah meninggal. Kemudian dilakukan, hingga airnya menjadi hangat, dan cukup, bahkan serutan yang tersisa masih berlebih!!!

Jelaslah, bahwa apa-apa yang telah dilakukan para 'ulama, tak akan pernah bisa tertandingi, meski saat ini banyak sekali orang-orang bodoh yang menuding bahwa cerita ini hanyalah hayalan belaka, bagaimana mungkin orang-orang bodoh itu melontarkan tuduhan sedangkan mereka belum pernah memanfaatkan waktu sebagaimana para 'ulama memanfaatkannya? lalu bagaimana mungkin pula mereka bisa memahami keutamaan ini?


                                               Terjemah amatir :D min kitaab al-silsilah mustawa raabi' madah qira'ah

Senin, 08 Oktober 2012

Antara Behel Dan Tahsin Al Quran

Behel siapa yang belum pernah tahu dengan istilah ini? Selama ini mungkin banyak orang mengira memakai behel (kawat gigi) hanya untuk menata gigi yang tidak beraturan, tetapi secara medis sebenarnya ada juga alasan mengapa orang perlu memakai behel misalnya pertumbuhan gigi yang tidak tepat sehingga dapat membuat sulit dalam mengunyah, atau sakit gigi yang berulang, dsb. Tapi disini bukan hal itu yang ingin saya bahas karena ada dokter gigi yang lebih ahli.
Sedikit berbagi dari cerita dari ustadzah tahsin saya, jika teman-teman belajar tentang tahsin (memperbaiki bacaan Al Qur’an) tentu tidak asing dengan istilah Makhroj Huruf (tempat keluarnya huruf). Lantas teman-teman akan bertanya apa hubungannya antara makhroj huruf dengan behel? Saya juga baru paham, ternyata ketika kita mengeluarkan huruf-huruf sesuai haknya (sesuai pada tempatnya) dapat menjadikan terapi agar gigi kita rapi, karena ketika kita berusaha untuk mengeluarkan huruf sesuai dengan cara keluarnya dan hal ini dilakukan secara berulang, maka dorongan dan tekanan dari lidah akan secara otomatis menyesuaikan struktur gigi dengan normal sesuai dengan yang seharusnya.
Kembali dari cerita beliau bahwa dokter gigi beliau mengatakan, “Saya tidak akan masang behel Anda sebelum Anda dapat mengucapkan huruf Tha dan Lam dengan benar” Dalam Tha dengan pengucapan yang benar yaitu ujung lidah menempel pada gusi atas. Sedangkan Lam diucapkan melalui ujung lidah yang menempel pada langit-langit bagian depan, diatas gusi.
Subhanallah tak ada ilmu memang yang tidak bermanfaat, jangan pernah puas dengan apa yang kita capai saat ini terutama dalam membaca Al Quran. Jika belum bisa, maka berlatihlah, sehingga mengetahui ilmunya dengan benar dan mampu mempraktekkannya dengan baik. Yang sudah lancar, mari perbaiki lagi sampai derajat Mutqin (mahir). Orang yang mahir mendapatkan kemuliaan, sedangkan orang yang terbata-bata dan mau berusaha akan mendapatkan dua pahala, begitu kata Nabi.
Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang mahir dengan Al Quran akan bersama para malaikat yang mulia dan taat, dan orang yang kemampuan membaca Al Qurannya terbata-bata serta merasa kesulitan, maka ia mendapatkan dua pahala.” (HR Muslim).
Satu hal kaitan ilmu tahsin dengan kehidupan kita sehari jika diterapkan dalam pengucapan kita meskipun diluar membaca Al Quran yaitu makhroj huruf yang benar terutama huruf-huruf yang sama dengan huruf hijaiyah misal t, l, d, j, n, diucapkan tidak berlebihan dapat digunakan untuk terapi merapihkan gigi minimal menjaga agar gigi kita tidak bergeser, yang mengakibatkan gigi terlihat kurang rapi dan timbul rasa sakit.
Semakin penasaran? Belajarlah ilmu tahsin.
Wallahu a’lam bishawwab.
Oleh: Anindya S Rawasari, Jakarta Pusat


Minggu, 30 September 2012

Hilang

Dalam rentang satu bulan lebih sedikit, dua buah kaus lengan panjangku raib, kaca mata minusku pun entah dimana, sandal Eiger yang jadi teman setia sepanjang hari juga hilang, untuk yang satu ini memang akulah yang ceroboh, kelelahan selepas aktifitas jelang magrib itu membuatku lalai kali itu...lupa, tak kuajak ia masuk...keesokan subuhnya, aku lemas "sendalnya ilang"...terpaksa, kupinjam sendal teman sekamarku meski nyaman tak juga kunjung datang...Waktu duha sepeninggal sandalku, hapeku yang kemarin tak kubawa tiba-tiba ngadat, murotal yang selalu kusetel tiap kali menyusur jalan bersama teman ojegku Essa Fatimah Husna tak bisa dibuka, viruss!

Mantap! baru kali ini hilang barang secara bertubi-tubi, entah apa rencanaNya....hingga kemudian guruku berkata "InsyaAllah jadi pembersih diri" aku yang tukang protes kemudian mengeluh, mengingat betapa buruknya hafalan Al-Qur'an akhir-akhir ini,"Hmmm...Lih kotor banget ya Teh?", "Ga semua yang dibersihkan itu kotor, kan?" aku mengangguk, teman-teman asramaku mulai menghibur "Iya teteeeh, nanti insyaAllah ada ganti yang lebih baik"....."Ganti yang lebih baik??? Ikhwan ganteng berkaca mata, bersendal Eiger...." "Jiaaaaaaaaaaaah....galauuu" potong mereka...

Hmmm...jadi ingat kata Aa Gym, kenapa harus marah dan ga rela barang kita hilang? Kita kan cuma tukang parkir yang ketitipan, kalo Yang Punya mau ngambil, ya monggo....

"Jika hatimu bersih, kau tak akan pernah bosan bersama Al-Quran" -Utsman bin 'affan

Semoga selalu jadi pengingat diri, betapa Allah mencintai setiap hamba, termasuk aku yang melalai diri, yang terlalu banyak beralasan hingga mushaf kecilku itu kian sulit ku jamah, kutilawahi, apalah lagi kuhafal....betapa Allah Maha Lembut, menyentuh akalku hingga akhirnya kusadari : Berbahagialah, bersyukurlah atas apa yang telah hilang itu, kau terlalu beruntung....tak hilang sensitifitas hati dan akalmu, tak hilang orang-orang yang mendukungmu, bahkan sbenarnya kau tak kehilangan apapun yang terbaik yang akan membawamu semakin dekat padaNya, jika pun ada yang hilang, semoga itu adalah 'kalalaian' dan 'alasan-alasan'....

Mungkinkah kau akan bosan berada di jalanNya...
Mungkinkah kau akan lelah, sementara kekasihmu tak sabar menantimu di gerbang Firdaus
Mungkinkah kau mengeluh sementara telah ia buktikan bertahun hidupnya demi umatnya
Mungkinkah kau bosan merajut mahkota cahaya syafaat ayah bundamu
Mungkinkah kau bosan menjadi keluargaNya di dunia
TIDAK, sekali kali tidak....karena jiwamu telah kau syaratkan bagi surga,
karena telah kau lantangkan janji itu, janji tuk tetap berjuang, meski terseok, meski merangkak, meski berdarah-darah...karena kau kelak akan tersenyum, mendapati nikmat tak terkira kemudian berkata,

"Bahkan, nikmat itu telah kurasakan disetiap sulit dan sakitnya perjuangan..."

                                                                                          
                                                                                                       Tafakur, rumahku yang juga surgaku




Minggu, 16 September 2012

Risalah Rindu


Jum'at 17 Ramadhan 1431 Hijriyah, 27 Agustus 2010

Sahabat, tahukah kalian? hari ini aku kembali...kembali menapaki jejak-jejak perjuangan kita dulu...di sekolah...rindu...ada rindu yang membuncah kala pikiranku kembali memutar masa-masa indah dulu...

Kalian yang telah Allah jadikan jalan bagi diri ini tuk senantiasa berjuang untuk berubah,
kalian yang meski secara tak langsung telah menjadi 'semangat' bagiku,
kalian yang telah menorehkan cinta karena Allah di hati ini begitu dalam, dalam sekali hingga tak kuasa nyeri yang kutanggung saat kulihat kalian tlah berubah...

Sahabat, apakah aku hanya berburuk sangka? akupun berharap aku hanya berburuk sangka pada kalian...

Sahabat, bolehkah kupinta sesuatu?
Beri tahu aku apa yang telah terjadi di luar sana, disaat kita tak lagi bersama...
Beri tahu aku tentang status-status aneh di media sosial itu...berpacaran...bertunangan yang entah kapan berganti rupa dengan berita bahagia : menikah...

Sedih, tahukah kalian betapa sedihnya aku? perih, saat kuingat masa-masa dimana kita begitu wara merapatkan barisan tuk saling berjaga : jangan nyontek waktu ujian. Ah, kenangan indah itu ternyata telah menjadi pisau tajam saat kulihat foto-foto mesra yang kalian pasang dengan bangga...

Jilbab-jilbab itu kini semakin mungil, rambut rapi kalian dulu, kini...ah, bahkan aku tak tahu harus kusebut apa. Janggut-janggut tipis kalian?

Tahukah kalian betapa dadaku bergemuruh hebat saat jilbab-jilbab kalian menjuntai lebar, saat koko-koko yang kalian pakai membuat kalian semakin gagah dan 'hebat' bagiku...

Sahabat, aku rindu, rindu pada kalian yang dulu...

Lakum, CONVERSITIUM (convederasi remaja islam penyatu iman umat) green generation....uhibbukum fillaah bahkan hingga detik ini.....

Hasan

"Nongnong!!!" begitulah selalu jerit kekesalan adikku padaku, hmmm...terkadang aku memang sebal disebut dengan panggilan itu, tapi mau bagaimana lagi, toh dahiku memang lebar (tapi ga perlu disebutin gitu kali..)

Hari-hariku di rumah selalu penuh pertikaian dengan adik laki-lakiku yang satu-satunya itu. Ya, perbedaan usia yang tidak terlalu jauh, mungkin membuat kami memiliki egoisme yang hampir sama, atau mungkin akulah yang kurang dewasa, terserah, yang jelas aku sebal kalau adikku itu ada di rumah. Candanya seringkali membuat hatiku sakit, dasar cowok ga berperasaan!

"Gendut, pendek, pesek, belo,..." pokoknya segala kekurangan fisikku selalu jadi santapan lezat baginya.

Aku terkadang menangis, berharap agar Hasan, adikku itu bisa berubah. Aku tak tak mau di luaran sana aku berkoar-koar mendakwahi orang lain, sedangkan adikku sendiri terlalai, kadang pun aku bosan menasehatinya, entah, mungkin karena ia terlalu tahu akan kekuranganku hingga nasehat-nasehatku ia anggap  sebagai angin lalu yang membuat geli telinganya.

Selepas SMA, niatku untuk kuliah tertunda. Apa dayaku, aktifitas  Rohis sekolah membuatku terlalu asyik hingga akhirnya ujian penerimaan mahasiswa baru yang kulewati tak membuahkan hasil. Sedih, saat kulihat teman-temanku mulai menjejak kampus dengan bangga, aku yang dulu adalah seorang aktifis harus terdiam di rumah tanpa aktifitas organisasi yang begitu kuminati. Di rumah, ketertekanan itu semakin dalam dengan makin asyiknya Hasan menggodaku, menyebalkan!

Menjalani hari-hari tanpa aktifitas yang kusukai membuat jenuhku kian akut, lelah.....aku rindu masa-masa perjuanganku....kufikir, aku masih butuh banyak belajar tuk menjadi seorang aktifis dakwah yang baik, aku masih lalai dan terlalu sering kekanakkan, hingga akhirnya hanyalah sebuah penyesalan membeban dan sering kali tak mengubah apapun.

Keharusanku terbaring di rumah sakit membuatku semakin tersudut, vonis penyakit aneh bernama LUPUS membuatku tersungkur dalam tangis "kenapa harus aku ya Allah?", teman-temanku, keluargaku semua tertunduk memendam kesedihan mereka, tapi tak kulihat sedikitpun Hasan menunjukkan keresahannya. Dik, tahukah kau, aku ingin sekali melihat bulir air mata itu tertumpah dari matamu yang menandakan bahwa kau juga menyayangiku...

Rabbi, semangat dan keceriaanku hilang, tubuh gemukku mengurus karena tak sedikitpun makanan ataupun  obat yang bisa kucerna.

Setahun sudah, HCU, obat, dokter menemani hari-hari terberat sepanjang hidupku, bahkan aku harus kembali belajar tuk bisa berjalan sempurna .Tapi kini, berjuta syukur memenuhi rongga dadaku hingga terasa begitu sesak. Disaat tanggul-tanggul kepasrahanku roboh, banyak sekali orang yang dengan ikhlas membangunnya kembali, keluarga, guru, sahabat-sahabatku semua hadir dan mendo'akan kesembuhanku. Aku berharap kau pun berdo'a untukku, Dik...


CATATAN HASAN
"Ya Allah, kenapa ia yang harus merasakannya? Rabb, begitu cintakah Engkau padanya hingga Engkau harus mengujinya dengan beban berat penyakit itu? Rabb, kuharap Kau kan selalu memberinya kesabaran, keikhlasan, dan kekuatan. Aku mohon Rabb,  kembalikan semangat dan keceriaannya seperti dulu agar ia bisa terus menasehatiku akan keslahan-kesalahan yang kuperbuat, agar ia bisa kembali tersenyum  dan memarahiku saat aku menggodanya. Berikan ia yang terbaik Rabb, laa yukllifullaahu nafsan illa wus'ahaa..."

 Akhirnya, aku bisa kembali pulang ke rumah, kembali menyusun puing-puing semangat yang sempat hancur dan kembali bermimpi untuk bisa kuliah...Alhamdulillaah...ujianku lancar dan gerbang baru itu kumulai dengan semangat menggebu, menekuni mata-mata kuliah yang rumit, kembali menjadi aktifis dakwah di kampus, kembali merasakan ruh perjuangan yang begitu kurindu...

CATATAN HASAN
 "Raungan sirine itu membuatku takut, Rabbi...kenapa justru di saat bahagianya ia harus terbaring lemah?
Kuatlah, Kak! Kau harus kuat, harus! bukankah baru saja kau akan menggenapkan agamamu?
Suara sirine itu terus menjerit, mengguncang tubuhnya yang berbalut gamis serba putih, aku hanya bisa menatap orang-orang yang sedang sibuk memasang berbagai alat bantu pada tubuhnya, menggenggam erat tangannya, lalu kulantunkan ayat ayat suci favoritnya...

Demi fajar
Dan malam yang sepuluh.
Demi genap, demi ganjil.
Dan malam apabila ia berlalu.
Bukankah pada yang demikian itu suatu sumpah bagi orang yang berakal?
 
Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Rab (Tuhan) engkau lakukan kepada kaum ‘Ad?
(Iaitu penduduk) Iram yang mempunyai bangunan tinggi.
Yang belum pernah dibina serupa itu di negeri-negeri lain.

Dan kaum Samud, (iaitu orang) yang memotong batu-batu besar di lembah.
Dan Fir’aun yang mempunyai bala tentera.
Yang melampaui batas di negeri itu.
Mereka banyak melakukan kerusakan di dalamnya.
Maka Rabb (Tuhan)mu menimpakan cemeti azab ke atas mereka.
Sesungguhnya Rabb (Tuhan)mu sentiasa mengawasi.

Maka manusia itu apabila Rabb (Tuhan)nya menguji dengan memuliakan serta diberikan nikmat, maka dia akan berkata: “Rabb (Tuhan)ku memuliakan daku."
Tetapi apabila Dia (Allah) menguji dengan menyempitkan rezeki, maka dia berkata: “Rabb (Tuhan)ku menghinakan daku.”

Sekali-kali bukan (demikian), bahkan kamu tidak memuliakan anak-anak yatim.
Dan kamu tidak saling mengajak kepada memberi makan orang miskin.
Dan kamu memakan harta waris dengan berlebihan
Dan kamu terlalu mencintai harta secara melampau-lampau.
 
Sekali-kali tidak, apabila bumi ini dihancurkan sehancur-hancurnya
Dan datang Rabb (Tuhan) engkau dengan malaikat berbaris-baris.
Dan pada hari itu didatangkan Neraka Jahanam, dan pada hari itu sadarlah manusia, tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu.
Dia berkata: “Alangkah baiknya sekiranya aku (dahulu) bersedia untuk penghidupan ini.”
Maka pada hari itu tidak ada sesiapa dapat menyiksa sebagaimana seksaan-Nya (siksaan Allah).
Dan tidak ada sesiapa dapat mengikat seperti ikatan-Nya (ikatan Allah).


 Aku menangis, kutatap wajahnya yang semakin pucat tersenyum padaku, kemudian terdengar lengking yang panjang, dan garis-garis gelombang itu menjadi lurus.......

Wahai jiwa yang tenang,
Kembalilah kepada Rabb (Tuhan)mu dalam keadaan ridha dan diridhai
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku
Dan masuklah ke dalam jannahKu...

Rabu, 20 Juni 2012

Selalu Ada Kebaikan

Di sebuah negeri, seorang raja tengah berbincang bersama seorang mentri yang juga shabatnya. Sang mentri adalah seorang shalih yang selalu berkhusnudzan dengan apapun yang terjadi, "fiihi khairun, insyaAllah" ucapnya setiap kali menanggapi pembicaraan raja. Saat makanan terhidang, sang raja masih saja sibuk bercerita sampai kemudian ia mengambil buah  dan hendak mengupasnya, tiba-tiba berteriak "Aaaaah.....jariku..." darah segar mengalir dari telunjukya yang terputus, kepalanya berdenyut ngeri hampir saja pandangannya gelap, tapi ucapan sang mentri terlalu membuatnya marah "fiihi khaiun, insyaAllah", sang raja menghardik dengan keras "tak ada kebaikan apapun disini! ini adalah aib, cacat!".  Kemarahan  raja berbuah dzalim, sang mentri diseret dan kemudian dimasukan ke dalam penjara. Tak ada rasa kecewa, takut ataupun marah yang tergurat di wajah sang mentri, ia hanya tersenyum menggambarkan keyakinan bahwa Allah tak pernah mendzalimi hambanya "fiihi khairun, insyaAllah" lirihnya mantap.

Pagi yang cerah, sang raja masih terlihat pucat, jarinya berbalut perban dan kemarahan masih tersisa di ubun-ubunnya. Raja kemudian mengalihkan kemarahannya dengan pergi berburu ke hutan, ditemani para pengawal. Di hutan lebat yang masih tak terjamah itu, ia begitu bersemangat mengejar kijang buruannya yang berlari cepat, sang raja tak menyadari bahwa ia telah berlari terlalu jauh meninggalakan para pengawalnya. Di tengah hutan ia mulai ketakutan, semua jalan terlihat sama dan ia nyaris putus asa sampai kemudian beberapa orang laki-laki berpakaian primitif menghampirinya, lalu membawanya pergi.

Desa yang terpencil jauh di peradaban, primitif dengan orang-orang juga amat primitif. Hari ini adalah hari upacara menghormati nenek moyang mereka, sebuah korban manusia dengan tubuh, wajah dan kulit sempurna harus segera dipersiapkan. Sang raja mulai kalut, keringat membanjiri wajah rupawannya. Sampai pada puncak upacara, seseorang berteriak "Tidak...tidak...korban ini cacat!" seketika seluruh kampung riuh. Kesempatan itu dimafaatkan sang raja untuk pergi, mengendap lalu berlari dengan sekuat tenaga. Ia ingin segera pulang.

Sampai di Istana, sang raja bergegas menemui sang mentri, membebaskannya dan kemudian meminta maaf "Maaf maafkan aku, Engkau benar, ada kebaikan saat telunjukku terputus" kemudian ia menceritakan pengalamannya saat berada di hutan. Senyum sang mentri semakin mengembang, ia bersyukur tiada tara dan membuat sang raja bingung "Kenapa Kau tersenyum?" sang mentri menjawab "Tak usah meminta maaf wahai raja, aku bersyukur kau memasukkanku ke penjara. Seandainya saja aku tidak berada dalam penjara,  aku akan menemanimu berburu, kemudian tertangkap juga bersamamu dan saat kau batal dijadikan korban,maka siapalah lagi setelah engkau yang memiliki wajah sempurna selain aku? fiihi khairan insyaAllah ^^"

Jumat, 25 Mei 2012

Ganti Istimewa


Siang itu terik, ujian Universitas Al-azhar, Cairo, Mesir baru saja berlalu. Seorang pemuda Syiria tengah gontai...Haus, lapar...Seperti umumnya mahasiswa, ia terlalu irit dengan uang sakunya sendiri. Dan saat itu pula aroma nikmat sup merebak, sebuah rumah dengan pintu yang terbuka lebar membuatnya tak kuasa menahan langkah. Panci besar yang penuh sup itu masih mengepul, kelenjar liurnya yang sedari tadi kering, kembali deras, lalu diciduknya sedikit...Saat bibir kerontangnya mulai terbuka, imannya terlampau cepat menyadarkan satu hal : "Ini bukan milikmu, haram atasmu memakannya!".

Suara perutnya samar tapi perih, energinya nyaris habis, merebahkan diri kemudian tidur adalah pilihan terbaik menurtnya, tapi....dilihatnya sang guru tengah berdiri dan menantinya di depan flat. "Seorang teman menyerahkan urusannya pada saya, ia sedang mencarikan jodoh untuk anak gadisnya. Saya tidak melihat seorang pemuda yang lebih baik akhlaknya selain engkau, sore ini pergilah bersamaku ke rumahnya".

Sore itu menjadi sebuah sore terindah bagi sang pemuda, menggenapkan din dengan pilihan sang guru yang tentu saja baik akhlak dan rupanya, juga dengan sajian walimah yang istimewa...sebuah sup dengan panci besar yang ada di sebuah rumah dengan pintunya yang terbuka....


"Jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan menggantinya...bukan dengan yang serupa, tetapi bahkan dengan yang lebih baik"  _Hasan Al-halabi_

Selasa, 17 April 2012

Mesir, Sudan, Qatar ? Hmmm...(Jalan mana yang akan kulewati demi menapak sejarahnya yang gemilang?)

Hari ini pendaftaran beasiswa ke Sudan mulai dibuka. Tak gentar, meski semua orang meributkan tahun ijazah. Sampai kemudian poin-poin dalam formulir itu ku isi...Tahun kelulusan yang terdaftar hanya sampai 2010!...berulang kucoba tetap tak juga berhasil, sampai kemudian mereka menyarankan untuk memilih tahun yang tertera. BARAKAH....itu yang selalu kuharap, maka berbohong adalah sesuatu yang paling kuhindari...aku tak ingin kebohonganku (meski sekecil apapun) merusak 'barakah' itu...Maka kuputuskan mengisinya dengan pendidikanku saat ini, pendidikan yang sudah terlampau jauh dari tingkat SMA/sederajat yang bahkan lulus pun belum! kelak ijazah ma'had itu bertulis angka 2012, bukan!?^^

Bukan ijazah yang akan membawaku ke tanah berbahasa surga! Selembar kertas berukiran angka  2007 pun bukan penghalang jika Ia telah tetapkan aku menapak kaki di sana...Meski terkadang gentarku datang...Robbi...Engkau yang Maha Tahu lirih do'aku...Menyusur jejak-jejak ilmu, mendekatkanku dengan tanah pijakan sang qudwah, kemudian semakin menghayati perjuangannya....Rinduuuu...

Maka pun jika Mesir, Sudan, atau Qatar tak ingin menyambut kerinduanku saat ini, aku selalu yakin Ia kan berikan jalan terbaik, menjawab setiap lirih pinta ini dengan jalan yang indah...Mungkin tak perlu repot ke Mesir, Sudan atau Qatar dulu, mungkin sebentar lagi kan datang mahram yang membawaku turut serta dalam misinya yang sama denganku^^???Ah...Aku tak pernah tahu...Yakinku selalu, bahwa suatu kebaikan yang kita pinta, maka suatu saat, Ia pasti kan memberikannya. 
Mereguk ilmu sepuas dahaga, bercakap seperti cakapnya Rosulullah, berada dalam satu lingkaran bersama mereka yang tawadhu, yang dalam sebuah syahadah bertulis nama Rosulullah atas nama mereka, Sanad bagi penghafal Qur'an...Lalu pulang, membangun menyuburkan negeri ini dengan generasi-generasi Qur'aniy...memadati masjid-masjid dengan pemuda-pemuda gagah jasad dan lembut hatinya, seperti Abu bakar, seperti 'Umar...auladiy...Merekalah yang kelak menjadi investasi akhiratku...

Banyak cita akan ilmu yang ingin ku raih...dan kau, yang membaca tulisan ini...maukah sampaikan namaku bersama doa'mu yang mengguncang ArsyNya? Robbanaa... berkahi setiap nafas, setiap harta dan ilmu...




_tulisan yang aneh...maaf ya...dah lama ga nulis :D_
                                                                                                               17 Maret '12, Ruang Tamu Asrama


Minggu, 26 Februari 2012

Tak ada yang sulit bagi Allah....Saat Ia berkehandak "Kun" maka terjadilah....Tahun 2012 ini Lilih Ilmia 

1. Merampungkan tiga puluh juz setoran hafalannya
2. Menggenapkan diennya, bersama seorang yang Allah ridla, keluarganya ridla, guru-gurunya ridla, sahabat-sahabatnya ridla dan iapun ridla... 
3. Menginjakkan kaki di tanah nabi, mereguk sepuas dahaga ilmu bersama sang penggenap :)
4. Menikmati Ramadhan di tanah yang penuh berkah dan cahaya 
5. Menunaikan rukun kelima

Aaamiiin....Allahumma taqabbal addu'aa...
 

Qaulan Tsaqiilan Tulisanku

"Yang ane lihat, Ente mulai turun semenjak ngeblog yah?!"
Tanggapan seorang guru setelah mendengar keluh kesahku akan 'setoran' yang tiba-tiba buntu. Hobi baruku itu kini menjadi 'tersangka' atas lalaiku. Sedih...tentu saja. Sungguh niatku adalah agar sedikit dari apa yang kupunya menjadi manfaat untuk orang lain, terlebih...agar ia kelak memanjangkan usiaku di dunia, meski raga ini telah menyatu tanah.

Mungkin...dalam perjalanan, niatku payah...

"Menjadi penulis kini, Kau akan kesulitan menggapai impianmu sebagai haafidzah. Jika Kau gapai mimpi itu sekarang, kelak tulisanMu kan lebih berbobot"
Qaulan tsaqiilaa...

Ah...guruku selalu benar, inginku yang meluap terkadang tak membuatku jernih. Allah tak kan pernah  memerintahkan sesuatu yang bererat mesra dengan keburukan...Jika saja niat itu tak payah, pertahananku tak kan mudah patah. Bukankah menjadi penulis dengan niat da'wah bil qalaam itu sama baiknya dengan menjadi seorang haafidzah?

Hmmm...menertawakan diri itu menyebalkan. Ingin kurengkuh dua cita itu sekaligus, nyatanya tak mudah...
Tulisanku yang 'ala kadarnya' ini belumlah pantas bergelar 'karya', pun juga hafalanku yang seringkali ngos-ngosan, tidak hanya untuk muroja'ah bahkan sekedar orang bertanya "Berapa hafalannya?" lidahku kelu, bibirku tersenyum...malu....

Pada akhirnya pilihan untuk lebih fokus dengan hafalan harus kupilih, meski sering aku khawatir akan usia yang tak beramal sempurna. Maka kini...maafkan aku jika komposisi tulisannya makin bearntakan...

Do'akan aku...agar pinangan Al-Qur'an tersegera, agar qaulan tsaqiilan itu hadir mengisi ruh-ruh setiap kata...

Senin, 13 Februari 2012

Maluuu...

Ustadz   : Pak, kalo yang buat sarang itu  lebah betina ya?
Scientist : Waaah...hebat, ko tau Tadz?
Ustadz   : An-naml : 68
Scientist : (Sibuk buka mushaf) Yang mana Tadz, yang menunjukkan bahwa yang membuat sarang itu lebah betina?
Ustadz   : Bahasa Arab
Scientist : ???


Pendeta : Di dalam surat Al-Fatihah, terkesan tuhan itu ada tiga, yang berfirman(1) memuji Allah(2), dan ada kata Engkau(3)
Ustadz   : Maaf  Det, Antum ngerti Bahasa Arab?
Pendeta : Antum???
Ustadz   : Ooooo....'afwan...'afwan....
Pendeta : 'afwan??? apa pula itu Tadz?
Ustadz   : (Geleng-geleng kepala sambil bilang dalem hati "Gini nih klo kebiasaan ngobrol sama orang-orang keren:D")  Eh....iya Det, Maap, kamu ngerti Bahasa Arab ga?
Pendeta : Ya ngerti, dikit...makanya bisa nyimpulin tuh Surat Al-Fatihah
Ustadz   : Yaaaaaaaaaaaah....ente mah, ngerti Bahasa Arab dikit doang, blom juga nyampe Ilmu Balaghah dah belagu nafsir Al-Fatihah...
Pendeta : Balaghah ???

Ustadz : (Sambil ngeluarin kitab-kitab tebel dari etalase) Nih, Sayyid Hawa tentang sains dalam Al-Qur'an, ini Azza Mahsyari tentang tafsir Al-Qur'an dalam tinjauan bahasa. Trus tar antum cek dah di yutub Dr. Sholih Fadhil Al-Miraai sama Dr. Ibrahim Khuli.
Ane     : (Dalem hati "Buset dah... tebel amat, mana botak semuah o_O) Ane blom bisa bacanya Tadz...(sambil cengar cengir)
Ustadz : ???

Gimana, masih ga niat belajar Bahasa Arab?
Kata Ustadz, "Lha wong, buku kuliah aja setengah mati diterjemahin, masa peta hidup yang penting banget itu Ente kagak ngarti?"

إجتهد أن تتكلم العربية الفصحى فإن ذالك من شعار الإسلام
_Pengingat diri biar selalu semangat, isnain Rabi'iul Awwal, Sakan Maqdis Al-mahbuub_

Minggu, 12 Februari 2012

Kompor-Kompor Pernikahan :D

Menyambut momen besar bernama pernikahan itu seru, tambah seru jika dalam persiapannya sambil baca buku-buku Pro-U media, khususnya karya Ustadz Salim A. Fillah.

Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan, buku itu sudah kulahap sejak tujuh tahun lalu, dan sampai sekarang ia selalu jadi referensi hadiah yang kuprioritaskan untuk temen-temen yang masih dalam masa pencarian. Sekitar satu minggu yang lalu, buku itu kubungkus rapi, terselip sebuah kertas yang kutulisi sedikit motivasi lalu kuhadiahkan untuk seorang akhwat yang sedang semangat melakukan perubahan. Baru sampe rumah, hapeku bergetar hebat (hehe...lebay:D) bunyi smsnya : "Teteeeh...aku suka banget, syukron yaaa" Dan besoknya ia atusias bercerita :

Kemarin temenku yang aktifis pacaran dateng ke rumah, aku suruh dia baca buku NPSP tapi dia ga mau, katanya ga suka baca. Trus aku  ke kamar mandi, eh... pas balik, dia lagi asyik baca tuh buku, dia bilang "Asik juga bukunya" sambil cengar-cengir...Akhirnya kami diskusiin tuh buku sampe sore...

Alhamdulillah...

Manfaat, tentu itu alasan pertama yang menjadikanku 'kesengsem' sama buku NPSP. Bahasanya gampang dicerna, sindirannya mantafh dan pastinya banyak ilmu yang kadang bikin mulut mendadak bulet "Ooo..gitu ya!?", "Ooo...iya juga yah!?", "Ooo...Astaghfirullah, ko gue banget yah!?" "Ooo...Subhanallah, kereeen!"


“Suamiku..,” kata Fatimah, “Sebelum menikah denganmu, aku pernah sangat menyukai seorang laki-laki dan aku sangat ingin menikah dengannya”. Berubah rona wajah ‘Ali mendengar kalimat ini. Cemburu, marah, penasaran campur aduk jadi satu. Tapi tetap dengan kelembutan dan perasaannya yang halus dia berkata, “Apakah engkau menyesal menikah denganku?” Fathimah tersenyum geli melihat ekspresi sang suami. “Tidak”, ucapnya pelan. “Karena lelaki itu adalah.., engkau..”

Oooo...Subhanallah....so swit banget...
Padahal di balik kisah romantis yang so swit  itu, ada 'perjuangan' Fatimah yang menyimpan rapi sebuah 'rasa'.  Hmmm...sesuatu yang sulit buat akhwat yang memang hobi cerita. Fatimah yang keren, dan buku yang sukses bikin yang baca 'gerah'.


Masih dengan mulut bulet...Hmmm...jadi pengen deh nikah, tapi....
tiba-tiba nemu adenya NPSP, Gue Never Die katanya...
Nampaknya ade-kakak ini kompak banget ngompor-ngomporin orang buat nikah, bedanya si ade ini lebih sabar, klo aja dia bisa ngomong, pasti dah teriak-teriak "Woooiii...benerin diri dulu!". Yaaa....ternyata masih buanyak banget yang kudu dibenerin. Buku ini lah yang kemudian bikin kerja perbaikan diri dalam program menjemput bidadari tersusun rapi (halah...halah...kaya judul skripsi :D).

Membaca dua buku ini, bikin kita sadar betapa pentingnya barakah dalam pernikahan yang tentu dimulai sejak masa penantiannya. Barakah itu dihasilkan dari proses yang juga Ia ridhoi.

Asiknya dua buku ini bakal lebih asik klo ada seminar pra nikahnya sekalian, mengupas tuntas beberapa ganjalan hati yang ada saat baca bukunya.

Semangat ya Pro-U semoga selalu menebar manfaat sebanyak-banyaknya....

Rabu, 08 Februari 2012

Zuhudnya Menyela dalam Hati

Bertemu seorang CEO, dua kali dengan orang yang berbeda...

CEO pertama yang kutemui adalah sosok sederhana yang sampai pertemuan itu berakhir, aku tak pernah tahu bahwa ternyata CEO berarti juga adalah orang 'penting' di perusahaan. Hal itu baru kurasakan istimewa justru  saat pertemuan itu lewat begitu lama, saat kemudian sosok CEO ke dua yang kutemui begitu berbeda...tak terlalu parlente dan terkesan borju memang, tapi sunggh terasa amat jauh dari bapak CEO pertama yang juga kupanggil ustadz.

Ini awal kubertemu dengan ustadz CEO itu...
Ia datang bersama seorang yang karyanya begitu aku minati, buku-bukunya, pegalamannya, sebatas yang aku tahu, ia begitu mirip denganku. Dan di balik karyanya, ada seorang penyokong yang ia sebut sebagai kakak, itulah ustadz CEO.

Perusahaan itu bermula dari sebuah kepedulian...Kunjungan ke sebuah percetakan itu mengusik nurani sang mahasiswa, judul-judul best seller  yang memuakkan, nyaris sepenuhnya bertema seks! Geram, tentu saja. "Buku harus dilawan dengan buku!" begitu azzamnya, lalu bersinergilah mereka, mencetak buku pertamanya yang laris manis dipasaran, pertolongan Allah itu selalu dekat dengan niat mulia...

Kini Perusahaan itu telah berkembang, menggerus buku-buku picisan dengan karya-karya best seller. Dan sang CEO...ia istiqamah...Baju kaosnya, pecinya, sandal jepitnya itulah...zuhudnya yang menyela dalam setiap hati yang baru pertama kali bertemu.

Usai pertemuan itu, kulayangkan sms tanda terimakasih dan ia membalasnya! Sungguh sebuah kejutan, ditambah lagi ia masih ingat denganku, ah...pertemuan yang amat berkesan...Saat kutemukan kesan terbaik dalam rentang sempit, selalu ada harap menyelip: aku igin dekat-dekat dengannya....

Ustadz, usai seminar kepenulisan itu aku terbakar, dan bakaran itu kini menjelma kalimat-kalimat dalam dunia maya yang masih saja awut-awutan :D. Sungguh kemanfaatan itu ingin kusebar, meski masih miskin ilmu, meski masih tak menarik. Suatu hari, kan ku datangi kota gudeg itu, menemuimu dengan sebuah karya...Da'wah bil qalaam... 

Minggu, 05 Februari 2012

Lagi-Lagi Nikah, Pengen Nikah...lagi, lho?! (judul yang aneh...)



Pertemuan kedua bersama Ustadz Salim A. Fillah....
Kali ini bukan dalam rangka kepenulisan, tapi sebuah 'spesialisasi' beliau yang nyaris pasti ada di setiap bukunya, pernikahan....

Miitsaaqan ghaliizan itu bukanlah sesuatu yang 'seharusnya' dipersiapkan pada detik-detik jelang akad saja. Saat Kau seusia SMP, seharusnya Kau telah melahap buku-buku bertema pernikahan, saat usiamu SMA, bacaanMu adalah tema-tema pola asuh anak, lucu...tapi...bayangkanlah jika bekal ilmu itu tak jauh-jauh hari dipersiapkan, apa jadinya pernikahan kita? terlebih jika Kau adalah seorang perempuan yang kelak waktuMu terasa amat sempit, menjadi isteri yang mengurus suami sepanjang hari, belum lagi jika 'amanah' itu datang disaat kita justru masih beradaptasi mengefektifkan waktu, melahirkan, menyusui, waaah....kapan cari ilmunya???

Saat itu Nailah baru berusia delapan belas tahun, 'Utsman bin 'Affan yang angka usianya berkebakikan dengan angka usia Nailah merasa tak tega. Sungguh 'Utsman tak tahu isterinya sebelia itu, maka dimalam pertama mereka, 'Utsman hendak membebaskan Nailah,"Aku ini sudah tua!" katanya, "Sesungguhnya aku menyukai pria yang lebih tua", 'Utsman lalu membuka surban yang menutup kepalanya yang licin lagi putih dibeberapa bagian "Lihatlah, aku bukan hanya tua, tapi aku juga tua bangka!", seketika wanita shalihah mendekat, mencium kepala 'Utsman dan berkata "Masa mudamu telah kau habiskan bersama Rosulullah, dan itu lebih aku sukai. Maka izinkanlah aku kini mendampingimu disisa-sisa usiamu"....so swit bangeeet....

Nailah yang tinggal di padang pasir yang ga ada perpustakaan, tipi apalagi internet aja keliatan siap banget dengan pernikahannya, malu ah kalo kita yang serba mudah fasilitasnya ini tak pernah merasa siap. Hayooo...kita ditantangin nih sama sahabat-sahabat Rosul...kan kita dah sering denger jargon ini 'masa muda kan masa pencarian' Bener tuh, masanya cari ilmu banyak-banyak dan....ababil (abege labil)? soriiii...deh...

Ceritanya makin seru, pas Ustadz cerita tentang seorang penjaga kebun anggur milik raja yang ga bisa ngebedain mana yang mateng, mana yang mentah padahal dah kerja bertahun-tahun. Sang raja nanya "Masa gitu aja ga bisa ngebedain?!" "Yaaah...Raja, saya kan tugasnya ngejagain kebun, bukan nyicipin anggur" katanya bela diri. Hmmm tau apa yang selanjutnya terjadi? Anak gadis raja yang rupawan itu dinikahkan dengannya setelah lamaran-lamaran bergengsi ditolak mentah-mentah! hehehe...dapet satu nih rahasianya : JUJUR yang bahasa kerennya disebut AMANAH.

Hayu ah...fastabiqul khairaat...dari sekarang, makin banyak ilmu, makin sholeh, biar cepet juga nikahnya, lho?! ya iya lah, coba aja klo ga percaya...

 Ini buat kamu-kamu yang 'laku' keras, hehehe 'afwan yah...^^v. Ada rumus yang bikin kaget dari Imam Syafi'i "Jika Kau dihadapkan pada dua hal yang menurut akal sama-sama baik, pilihlah yang paling menyelisihi nafsumu!" Jadi klo ada dua ikhwan yang yang sama-sama sholeh dateng ke rumah, yang satu ganteng yang satu lebih ganteng, pilih yang ganteng aja deh, insyaAllah lebih barokah...heuheu....

Seorang temen nyeletuk setelah seminarnya selesai, "Tuh....yang nikah muda itu biasanya sukses" Aduh....aduuuh...kadang bukan keinginan kita kan, klo ternyata usia kita dah ketuaan buat bisa disebut 'nikah muda' hahaha....laa tahzan, kawan...jangan cemberut gitu, bersyukur lebih baik kan? berarti kesempatan kita buat bebenah diri masih terbuka lebar, calm down...saat yang tepat akan datang, diiringi senyum bidadari....

Sambutan Teraneh

Menjadi koordinator pelaksana sebuah acara pasti kan merasakan saat berdiri sendirian menyampaikan sebuah sambutan yang kebanyakan membuat orang ngantuk di awal acara. Ah....ini yang paling tak kusuka...

Malam yang berbeda...di sebuah penginapan yang disediakan gratis oleh pemiliknya, ba'da tilawah...hampir pergantian tanggal, tapi mataku yang lelah belum ingin kututup, masih banyak kerjaan...

Selesai mencoret-coret, tidur, qiyamul lail...berharap lurus niat ini...

"Sambutan terunik (aneh, menurutku) yang pernah kudengar" kata seorang teman yang bertugas ngemsi...

"Andai aku pegang satu tangkai mawar ku berikan untk mu saudariku..ana ukhibuki fillah @lilih ilmia" Status yang terburu-buru, fikirku :D

"Ane nangis, waktu anti baca sambutan" "Nangis apaan, sambutannya aneh, tau?!" Kataku menyesal...

Sampai saat ini aku masih menyesalinya...

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Assalamu'alaikum wr. wb....
AlhamdulillahiRobbil'aalamiin...Segala puji selalu dan selamanya hanya untuk Allah, Rabb semesta alam yang telah memberi kita 'hudaa', petunjuk hidup : Al-Quraan Al-Kariim...

Shalawat dan salam kepada uswah kita, tauladan kita, kekasih kita Rosulullah SAW. Juga keluarganya., sahabat-sahabatnya dan umatnya yang setia hingga akhir zaman.

Sebuah karunia Allah hingga akhirnya acara ini bisa terlaksana, tentu masih banyak cela, cacat lagi kurang yang insya Allah akan menjadi pelajaran berharga buat kami. Mewakili saudara-saudara saya di pondok Pesantren Tinggi Al-Qur'an MAQDIS saya ucapkan 'afwan wa laa tuaakhidznaa...maafkan segala lemah dan kurang kami.

Jazakumullahu khairan jazaa...terimakasih kami, nanda khususnya untuk sang telaga ilmu, guru kami sekaligus ayah kami Ustadz Saiful Islam Mubarak.

Kepada kedua bunda kami, Ummi Erna Supartina dan Teh Zahro yang tak lelah membimbing kami dan menyemangati kami.

Untuk keluarga baru kami, sekaligus para pejuang di PT. MAQDIS SALAM, 'afwan selalu merepotkan...

Untuk saudari-saudariku yang kini hadir, peserta Seminar Muslimah "Cantik bersama Al-Qur'an" ahlan wa sahlan, selamat datang dan selamat mencicipi menu sederhana kami, setetes dari lautan Al-Qur'an, samudera jernih, segar, lezat lagi menambah stamina ruhiyah para pembaca, pengamal dan pengajarnya.

Selamat datang saudariku, fisik kita memang baru saja bertemu, tapi sesungguhya Allah telah mempertemukan kita sejak lama dalam setiap  baris do'a rabithah...

Untuk para aghniyaa yang telah Allah jadikan jalan mudahnya langkah kami, baarakallah fii amwaalikum...

Dan yang teristimewa para mahasantri pondok Pesantren Tinggi Al-Qur'an MAQDIS, saudari-saudariku di kamar para isteri Nabi yang begitu sabar menghadapiku, yang saat ikhlasku hilang, kalianlah yang akhirnya sering membuatku malu dengan kerja-kerja tanpa keluh, sungguh aku mencintai kalian karena Allah...inni uhibbukunna fillah...

Ide kecil kita kini nyata meski masih terlalu dini "Membumikan Al-Qur'an untuk para wanita yang kelak akan menjadi bagian teramat penting dalam kembalinya kejayaan Islam di muka bumi..."

Sapaku untuk Kalian semua....
Ukhtiy....Bunda....Kalian kan semakin cantik....Bersama Al-Qur'an...


Jadilah dirimu sendiri, Lih....

Rabu, 01 Februari 2012

Kurang Ilmu

Pagi Daarut Tauhiid selalu menyenangkan, shooting di MQTV meski hanya jadi penonton adalah hal langka yang...norak :D

Persiapan kru yang ribet, calon-calon artis yang lagi deg-degan sibuk dengan diri masing-masing, jiaaaaah...padahal cuma jadi penonton...Ustadz yang mau jadi emsi ngobrol ringan sama syekhnya...Aku??? target satu juz itu mulai kucicil.

Lagi asik-asiknya tilawah, tiba-tiba....
"maa dza taqrain?" bahasa Arab yang jelas tak kumengerti, sampai kemudian ustadz emsi menerjemahkannya "Apa yang sedang kamu baca?" "Al-baqarah, Tadz..." jawabku pake bahasa Arab :D, "Iqraiy..." "Bacalah!" perintah sang syekh. Membaca satu ayat di depan banyak orang ternyata 'aneh', takut salah, mana syekhnya perhatian lagi! Selesai....dan... "Maa syaa Allah....maa syaa Allah...maa syaa Allah....!" aku yang masih syok tambah syok (selain ga bisa bahasa Arab. bahasa Inggrisnya juga ancur:D), culang-cileung (nah...klo bahasa Sunda, lumayan deh...^^) nanya sama temen "Salah ya? Yang mana salahnya?" euuuuuuuhhh...tapi..."(#&&!%)(&!(()!" ustadz emsi langsung nerjemahin "Katanya, anti belajar tahsin dimana? bacaanya bagus!" waaaaaaaaaaah......dasar syekh, kalo mau muji kenapa pake maa syaa Allah? mana diulang sanpe tiga kali lagi, kan kayak orang lagi marah-marah.

Di Al-imarat....
Kebiasaan di Arab, klo mereka lagi takjub selalu bilangnya: maa syaa Allah....

Yeeeeee...dasar kurang ilmu! 

Selasa, 31 Januari 2012

Pra Nikah Al-Qur’an Asyiiiiiik.....

Subhanallah... Sepanjang hari, setelah setoran hafalan yang 'seru' itu aku tersipu-sipu... 

Mengingat kembali sebuah kisah, saat sang gagah nan pemberani 'Umar ibn Khathab mencarikan sosok suami ideal untuk putrinya Hafsah. 'Utsman ibn 'Affan saat itu belum lagi ingin menikah, kemudian dengan gontai ia menuju rumah Abu Bakr yang saat pengajuan itu disampaikan, ia hanya terdiam... Lalu sampailah ia pada Rosulullah yang ternyata bersedia menikahi Hafsah yang telah menjadi janda. Subhanallah....Subhanallah...dan saat 'Umar kembali bertemu Abu Bakr, ia berkata "Maafkan aku karena tak menanggapi tawaranmu, 'Umar. Sandainya tak kudengar Rosulullah menyebut-nyebut nama Hafsah, tentu kan kunikahi ia." Hmmm...Kemudian aku kembali tersipu malu...

"Dan tidak ada dosa bagimu meminang perempuan-perempuan itu dengan sindiran atau kamu sembunyikan (keinginamu) dalam hati. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut kepada mereka. Tetapi janganlah kamu membuat perjanjian (untuk menikah) demgan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan kata-kata yang baik. Dan janganlah kamu menetapkan akad nikah, sebelum habis masa idahnya. Ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah kepadaNya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pemngampun, Maha Penyantun"
_Al-Baqarah : 235_

Sebuah rahasia bahwa TERNYATA ikhwanpun 'rumpiin' akhwat yang mereka suka, heheh (hayooo ngaku!:D).Ups...ini bukan tafsiran lho ya, ini hanya sebatas pengalaman saat berinteraksi dengan 'Surat Cintanya' yang seringali tak terjamah.

Sepuhan merah itu semakin terasa saat kubayangkan Rosulullah menyebut-nyebut ummatnya di detik-detik tunai tugasnya, bukankah kita kan mati dalam keadaan yang paling kita sukai?Maka sungguh besar cintanya. Wahai Rosulallah...bukankah ku jua ummatMu yang Kau sebut-sebut itu? Rinduuu...yang tak terperi....

Setoran lain yang tak kalah mengasyikkan...
Lembar awal An-nisaa itu...KEREEEN....saking kerennya, lidahku kelu saat menyetorkannya, sebeeeeeelll....Padahal subuh itu, lisanku luwes mengeja satu demi satu huruf-hurufnya. Dan tahukah apa yang dikatakan guruku? "Yaaaaaah....ente blom siap nikah sih...jadi hafalan yang ini berantakan" "Yeeeeee teteh, bukan ga siap nikah, tapi ga siap dipoligami...fa in khiftum allaa ta'diluu fawaahidatan au maa malakat aimaanukum. dzaalika adnaaa allaa ta'uuluu". Protesku berapi-api...Antrian di belakang ikut mesem-mesem. Pernikahan...Tema yang asyik banget buat yang masih sendiri, apalagi jika kita berinteraksi secara langsung dalam kajian ilmu pra nikah yang terhidang lengkap dalam kitabNya...

Hari-hari yang menyenangkan, rasa warna-warni yang mengejutkan, saat-saat pipi kita menyala merah dan mengembangkan senyum geer nan salting....kan Kau rasakan....saat mushaf berias terjemah itu melompat-lompat dalam otakMu...Maka benarlah....ia sang penyembuh....

Snyummu itu lho....bikin kamu awet muda....heheheh



Jumat, 27 Januari 2012

Ikhwan Pertamaku



Ia ikhwan pertama yang kukenal. Aktifitas dakwahnya lah yang membuatku jatuh hati. Di rumahnya yang hangat, seringkali menjadi semakin hangat  dengan banyaknya makhluk-makhluk berjenggot tipis dan jilbab-jilbab lebar yang berkibar anggun. Damai...

Jaket dongker berlapis merah yang ia kenakan berjahit dakwah, dakwah yang cerah secerah pemiliknya. Sandal jepitnya yang sederhana menghilang saat lingkaran-lingkaran mingguan berlangsung.
  
 Ah... ia sempurna, ia yang tak tinggi hati untuk memikul susu lalu menjualnya di pasar pagi, ia yang dengan semangat mengumpulkan pakaian-pakaian layak pengisi bazar murah bagi rakyat desa yang semarak menyambut kerjanya.

Ia seperti ‘Umar yang tak pernah mau kompromi dengan kejahiliahan. Suatu waktu di sekolah, hingar bingar teriakan dan gerak-gerak tak karuan anggota ekskul itu mengusiknya, ia yang menjadi pemimpin masjid sekolahnya tak rela musik itu menyentak-nyentak kehkusyuan  para pemuda yang kelak kan mendapat sesuatu yang telah di janjikanNya : Naungan di hari akhir bagi mereka yang mencintai masjid. Layaknya ‘Umar, ia menerjang, menghardik dan kemudian hilanglah hingar itu. Tapi tahukah? Bertahun-tahun kemudian seorang yang pernah ia hardik itu menyapanya “Masih ingat saya, Pak? Saya sekarang dah tobat ko :)”. 

Ialah ‘Umar yang yang pernah ku rasakan ‘sentuhan’ tangannya di bibirku yang protes tak mau mengaji, yang tangannya cepat menampar kaki kecilku yang terbungkus kain ketat. Ah...ia galak, cuek  tapi juga menawanku. Ia juga lembut pada ibunya, menjadi tongkat bagi sang ibu, yang meski kesulitan berjalan tak juga mau menerima tawaran anaknya itu untuk menggendongnya. Aku cemburu...

Lalu...berlalulah sebuah masa sulit yang menyamarkan sifat keras, memperjelas lembutnya yang samar sejak lama. Sejak saat itu ia menjadi ‘Utsman yang dengan malu-malu  merentangkan tangannya dan memelukku! Ia menjadi  oase kecil yang membasahi  ruhku yang kemarau “Kau seperti kerang, Allah mengujiMu dengan butiran pasir yang menyakitiMu, maka apa yang kan Kau pilih? Menyerah kalah dan menjadi kerang konsumsi yang kemudian dicampakkan, atau menjadi pemenang yang dengan kesakitan itu kau berjuang membuat pasir-pasir menjadi mutiara?, terserah, Ilih mau pilih yang mana?”. Tesss...tessss...Ah... Aa, kau jadi ‘Umar ataupun ‘Utsman selaluuuu aja bikin adikMu ini banjir air mata....